Orang Muda Bisa Stroke?
Peneliti The Centers for Disease Control and Prevention menemukan bahwa prevalensi stroke pada usia muda (18—44 tahun) meningkat 10—15% dalam 10 tahun belakangan. Kelompok usia muda ini mengalami stroke karena beberapa faktor, seperti obesitas, tekanan darah tinggi, diabetes, kolesterol, gaya hidup terutama pada perokok.
Orang dengan diabetes berisiko dua kali lipat terkena stroke dibanding orang tanpa diabetes. Penyebabnya adalah rusaknya pembuluh darah di berbagai bagian tubuh, termasuk otak, karena tingginya kadar gula.
Pada kelompok usia muda, ada faktor lain yang meningkatkan risiko stroke, seperti pola makan tidak sehat, gaya hidup sedenter, dan stres.
Apa itu stroke?
Stroke terjadi ketika aliran darah ke area tertentu di otak terputus, sering disebut juga sebagai "serangan otak." Kondisi ini mencegah oksigen mencapai otak, menyebabkan kematian sel-sel otak dan potensi kerusakan permanen pada jaringan otak.
Tingkat kerusakan bergantung pada ukuran dan jenis stroke yang dialami. Beberapa orang mungkin hanya mengalami kelemahan sementara setelah stroke, sedangkan yang lain bisa mengalami kecacatan permanen atau bahkan meninggal dunia.
Ada dua jenis stroke:
1. Stroke iskemik
Stroke iskemik terjadi ketika aliran darah dan oksigen ke otak terganggu, menyebabkan kerusakan jaringan otak.
Pada lansia, kondisi ini sering dipicu oleh hipertensi, penyakit jantung, dan aterosklerosis pada pembuluh darah utama. Stroke iskemik mencakup 85% dari kasus stroke, dengan 60% di antaranya terjadi pada pasien berusia di bawah 50 tahun.
2. Stroke hemoragik
Stroke hemoragik terjadi ketika pembuluh darah di otak pecah, sehingga darah bocor ke dalam atau di sekitar otak dan mengganggu jaringan otak di sekitarnya.
Kondisi ini biasanya disebabkan oleh hipertensi atau malformasi pembuluh darah di otak. Stroke hemoragik mencakup 15% dari kasus stroke, dengan 40% di antaranya terjadi pada pasien berusia di bawah 50 tahun.
Gejala stroke pada usia muda mirip dengan gejala stroke pada umumnya. Untuk mengenali stroke, ingat B.E.F.A.S.T.
Penyebab stroke pada usia muda
1. Hipertensi
Hipertensi (tekanan darah tinggi) adalah kondisi ketika tekanan pada pembuluh darah berada di atas normal.
Menurut American Heart Association (AHA) diagnosis hipertensi dapat ditegakkan dengan kriteria tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dan/atau tekanan darah diastolik ≥90 mmHg pada pemeriksaan berulang.
Tekanan darah sehat berada di bawah 120/80 mm Hg.
2. Diabetes
Penderita diabetes lebih berisiko terkena stroke hingga dua kali lipat dibanding orang yang tidak mengidap diabetes. Untuk mencegahnya, penderita diabetes harus mengelola kadar glukosa darah, tekanan darah, kolesterol, dan berat badan.
Diabetes membuat tubuh tidak dapat mengolah makanan dengan benar. Diabetes membuat tubuh tidak dapat memproduksi insulin atau tidak dapat menggunakan insulin dengan benar. Kondisi ini menyebabkan glukosa (gula) menumpuk dalam darah.
Seiring waktu, kadar gula yang tinggi dapat merusak pembuluh darah tubuh di berbagai bagian tubuh, termasuk otak, yang menyebabkan stroke.
3. Obesitas
Kelebihan berat badan dapat meningkatkan risiko stroke hingga 22%. Namun, jika mengalami obesitas, risiko tersebut meningkat hingga 64%.
Hal ini karena berat badan terlalu berlebih akan meningkatkan risiko terkena tekanan darah tinggi, penyakit jantung, kolesterol tinggi, dan diabetes tipe 2. Semua itu berkontribusi meningkatkan risiko stroke.
4. Penyakit jantung
Penyakit jantung koroner, penyakit jantung kongenital, penyakit jantung rematik, kardiomiopati (penurunan fungsi otot jantung), trombosis Vena (DVT), dan emboli paru dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya stroke pada usia muda.
Kelainan pompa jantung terutama Atrial Fibrilasi (AF) menyebabkan risiko stroke meningkat lima kali.
5. Kolesterol
Kolesterol dapat mengakibatkan plak menumpuk pada pembuluh darah. Plak tersebut dapat lepas dan mengalir ke pembuluh darah otak dan mengakibatkan stroke. Stroke jenis ini disebut thromboemboli.
6. Merokok
Merokok meningkatkan risiko stroke pada semua usia. Menurut World Stroke Organisation, seorang perokok yang mengonsumsi 20 batang rokok per hari memiliki risiko terkena stroke hingga enam kali lipat lebih tinggi.
Selain itu, menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), perokok pasif — mereka yang tidak merokok, tetapi terpapar asap rokok di sekitarnya atau secondhand smoke — berisiko terkena penyakit jantung sebesar 25%–30% dan stroke sebesar 20%–30%.
Faktor risiko lainnya
- Infeksi virus, seperti HIV.
- Penggunaan alat kontrasepsi yang mengandung estrogen.
- Kehamilan dapat mengakibatkan darah mengental lebih mudah atau kondisi yang diketahui sebagai hiperkoagulasi. Menurut AHA, kejadian stroke pada ibu hamil (umur 12--35 tahun) mencakup 18% kasus stroke pada wanita usia muda.
- Kondisi medis yang dapat menyebabkan peradangan, seperti lupus.
- Genetik dan riwayat stroke dalam keluarga.
- Penggunaan obat-obatan tertentu, seperti pengencer darah, yang dapat meningkatkan risiko pendarahan di otak.
- Pola hidup yang kurang baik, seperti konsumsi alkohol dan tembakau berlebihan, kurangnya aktivitas fisik, pola makan yang mengandung gula rafinasi, dan lemak jenuh dalam jumlah tinggi.
Cara cegah hipertensi
Gaya hidup sehat dapat membantu menurunkan tekanan darah tinggi:
- Mengelola berat badan.
- Berolahraga teratur (melakukan olahraga aerobik 150 menit setiap minggu dan latihan beban 2—3 kali seminggu untuk membantu membangun otot).
- Mengonsumsi makanan bergizi, seperti buah-buahan, sayuran, biji-bijian utuh, dan protein rendah lemak.
- Minum alkohol tidak lebih dari dua gelas per hari.
- Berhenti merokok.
- Mengurangi atau mengelola stres.
- Cukup tidur 7—9 jam per malam.
**
Dengan semakin banyaknya penelitian tentang penyakit kardiovaskular dan kemajuan dalam teknologi medis, tingkat kesembuhan pasien stroke telah meningkat.
Namun, tidak semua pasien stroke dapat pulih dengan segera. Banyak orang yang selamat dari stroke mungkin memerlukan dukungan dan rehabilitasi jangka panjang untuk meningkatkan kesehatan mereka secara keseluruhan.
Prospek pasien stroke berbeda-beda. Hal ini bergantung pada faktor-faktor, seperti seberapa cepat seseorang mendapatkan perawatan medis, tingkat keparahan gejala, dan kondisi medis lain.
Ingat, time is brain, semakin cepat stroke disadari, semakin cepat tingkat penyembuhan pasien. Segera ke Unit Gawat Darurat terdekat sebelum kerusakan permanen terjadi pada otak (<4.5 jam), setiap detik sangatlah penting dan krusial.
Anda juga bisa mengunjungi Klinik GWS Medika, klinik kesehatan di Jakarta, untuk mendapatkan perawatan dan penanganan stroke dan gejalanya.