Mencegah & Merawat Gigi Berlubang
Gigi berlubang dan kerusakan gigi merupakan salah satu masalah kesehatan paling umum di dunia. Data Riset Kesehatan Dasar menunjukkan hampir 90% masyarakat Indonesia pernah mengalaminya. Masih ingat rasanya, kan?
Waktu masih kanak-kanak, barangkali orang tua Anda pernah mengatakan, “Awas, nanti gigimu dimakan ulat!” untuk menghentikan kebiasaan Anda makan permen. Namun, benarkah ada ulat-ulat dalam gigi yang menyebabkannya berlubang? Mari kita cari tahu ….
Gigi berlubang merupakan area rusak di permukaan keras gigi. Awalnya, kerusakan itu membentuk lubang kecil. Bila tidak dirawat, lubang kecil itu membesar dan memengaruhi lapisan gigi lebih dalam. Akibatnya, Anda mengalami sakit gigi parah, infeksi bahkan kehilangan gigi.
Lalu, apa penyebab lubang atau kerusakan area gigi? Ada banyak. Misalnya, kebiasaan ngemil, sering mengonsumsi makanan atau minuman manis, dan tidak membersihkan gigi setelah makan.
Kebiasaan “merusak” gigi ini diperparah bakteri bernama Streptococcus mutans yang bersarang di mulut. Bakteri ini menciptakan asam dari semua makanan manis yang masuk ke mulut sehingga terbentuklah plak.
Tanpa penyikatan gigi yang benar, asam dalam plak melarutkan mineral dari enamel gigi, yaitu lapisan gigi yang sebagian besar terbuat dari kalsium dan fosfat. Erosi ini menyebabkan lubang kecil di enamel.
Kerusakan kecil menyebar ke lapisan dentin di bawah enamel hingga terlihat rongga (lubang). Bintik putih berubah warna menjadi kecokelatan muda. Pada titik inilah kerusakan gigi dimulai.
Jika dibiarkan, kerusakan menjalar ke dentin, yaitu lapisan di bagian bawah enamel. Lapisan ini jauh lebih lembut dibandingkan enamel. Bila plak dan bakteri mencapai lapisan ini, lubang pada gigi akan berkembang lebih pesat.
Gigi terasa lebih sensitif saat mengonsumsi sesuatu yang manis, panas, atau dingin. Bintik yang sebelumnya berwarna putih berubah cokelat lebih gelap.
Jika lapisan ini rusak, selanjutnya menjalar ke pulpa, yaitu lapisan terdalam gigi. Pulpa berisi saraf dan pembuluh darah yang mengangkut nutrisi dan menjaga gigi tetap hidup.
Ketika kerusakan gigi mencapai pulpa, Anda akan merasakan sakit. Gusi di sekitar gigi mulai terlihat kemerahan dan bengkak. Bintik gigi berubah cokelat tua atau hitam.
Jika kerusakan hingga lapisan terdalam dibiarkan, Anda akan mengalami infeksi. Terdapat kantong nanah di ujung akar gigi (abses periapikal). Gejala mungkin termasuk rasa sakit yang menjalar ke rahang atau wajah.
Pada titik ini, Anda mengalami pembengkakan wajah dan kelenjar getah bening di leher. Abses gigi menyebar ke jaringan sekitar dan area lain di tubuh Anda. Dalam kasus yang jarang terjadi, infeksi bahkan dapat menyebar ke otak atau aliran darah (sepsis).
Anda mungkin bertanya-tanya. Sudah menjaga kebersihan gigi. Pun melakukan pola makan sehat. Namun, tetap saja gigi Anda berlubang.
Nah, selain dari kedua hal di atas, ternyata ada faktor lain yang meningkatkan risiko gigi berlubang, yaitu
- Mulut kering (xerostomia). Kondisi tertentu (seperti sindrom Sjögren), atau obat-obatan (seperti antidepresan) membuat Anda berisiko mengalami mulut kering.
- Riwayat keluarga dengan kerusakan gigi.
- Resesi gusi.
- Terapi radiasi untuk mengobati kanker kepala dan leher.
- Menderita anoreksia atau bulimia.
- Menderita penyakit refluks asam lambung (GERD).
Perawatan gigi berlubang
Bagaimanakah jika gigi terlanjur berlubang? Apakah masih perlu dirawat? Ya, gigi berlubang perlu dirawat agar tidak menyebabkan komplikasi. Beberapa tindakan yang bisa dilakukan antara lain:
1. Perawatan dengan fluoride
Pada tahap paling awal kerusakan gigi, perawatan fluoride memperbaiki enamel yang rusak. Proses ini disebut remineralisasi. Perawatan ini dapat memperbaiki tanda-tanda awal gigi berlubang.
2. Menambal gigi
Setelah gigi berlubang, dokter gigi mengebor jaringan yang membusuk dan mengisinya dengan cara menambal. Tambalan gigi terdiri dari resin komposit (bahan sewarna gigi), amalgam perak atau emas.
3. Terapi saluran akar
Terapi saluran akar berfungsi mengurangi rasa sakit akibat kerusakan gigi tingkat lanjut. Endodontis (spesialis yang merawat masalah yang memengaruhi akar gigi) biasanya akan membuang pulpa gigi, kemudian mengisi kanal dan ruang pulpa dengan gutta-percha (bahan pengisi khusus).
Mahkota gigi kadang diperlukan untuk memperkuat gigi yang sakit.
4. Mencabut gigi
Jika terapi saluran akar tidak memungkinkan, alternatif lainnya adalah pencabutan gigi. Anda mungkin memerlukan jembatan gigi atau implan untuk menggantikan gigi yang dicabut.
You’re what you eat
Agar gigi kita tetap sehat, lakukan pola makan seimbang dengan makanan sehat. Misalnya,
1. Produk susu
Susu, yogurt, dan berbagai produk susu lain bermanfaat memperkuat enamel gigi. Kandungan kalsium dan proteinnya yang tinggi mampu melawan penyebab gigi berlubang. Kekurangan kalsium akan meningkatkan risiko kehilangan gigi.
2. Kacang-kacangan
Almon adalah salah satu jenis kacang yang minim gula, tetapi kaya serat dan kalsium. Mengonsumsi almon akan membantu memperkuat enamel.
3. Sayuran
Sayuran hijau, seperti bayam dan edamame, lentil, dan asparagus kaya akan asam folat. Zat ini bermanfaat untuk memperkuat enamel, mencegah penyakit gusi, dan mengurangi peradangannya.
4. Bawang merah dan bawang putih
Selain melezatkan hidangan, bawang merah dan bawang putih bermanfaat bagi gigi. Keduanya berkhasiat menurunkan bakteri penyebab radang gusi, kerusakan gigi, gigi berlubang, dan bau mulut.
5. Salmon
Salmon, makerel, tuna, haring, dan cod kaya akan asam lemak omega-3. Mempercepat kesembuhan gusi dari infeksi.
6. Stroberi dan apel
Stroberi dapat menghilangkan noda pada gigi. Kandungan asam ellagic di dalamnya berkhasiat memutihkan gigi.
Jadi, agar gigi tetap sehat sampai tua, jangan lupa kombinasikan dua hal penting ini. Mengonsumsi makanan sehat dan rutin membersihkan gigi setelah makan.
Jangan lupa, periksakan gigi minimal dua kali dalam setahun di Klinik GWS Medika, klinik gigi di Jakarta Selatan. Di klinik dental Permata Hijau ini Anda juga dapat melakukan berbagai perawatan gigi, seperti scaling dan bleaching juga perawatan dan pencabutan akar gigi.