Bahaya di Balik Gula bagi Anak-Anak
“Junk food sangat tinggi gula dan inflamatif. Anak-anak sekarang banyak yang kena hipertensi, diabetes mellitus tipe II karena ini,” ungkap dr. Piprim Basarah Yanuarso, Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).
Tak hanya orang tua, diabetes atau sering disebut kencing manis juga menyerang anak-anak. Diabetes ditandai tingginya kadar gula dalam darah.
Data IDAI menunjukkan, kasus diabetes pada anak meningkat 70 kali lipat pada 2023 dibanding 2010 lalu. Kenaikan angka diabetes ini terjadi akibat gaya hidup tak terkendali. Anak-anak lebih banyak mengonsumsi makanan cepat saji dan minuman manis yang mengandung kadar gula sangat tinggi.
Pada masa depan, hal itu akan menjadi ancaman. Berikut tips mengendalikan buah hati dari kebiasaan mengonsumsi makanan dan minuman manis.
1. Tanamkan kebiasaan makan sehat
Menjauhkan anak dari makanan atau minuman manis bukan hal mudah. Bagaimana tidak, di sepanjang area yang kita datangi, makanan manis berderet. Es krim. Cokelat. Permen. Semua “melambai-lambai” minta didatangi. Parahnya lagi, tak ada anak yang kuasa menolaknya.
Di sinilah, orang tua perlu turun tangan. Mengonsumsi gula berlebihan jelas menimbulkan dampak buruk bagi anak-anak. Salah satunya obesitas. Penyakit hipertensi dan diabetes tipe II pun mengancam. Mereka juga akan bermasalah dengan tulang dan persendian, serta beberapa jenis kanker.
IDAI mencatat sekitar 1.645 anak di Indonesia mengalami diabetes. Salah satunya karena konsumsi gula berlebih. Mereka berasal dari 15 kota di Indonesia. Jakarta dan Surabaya memiliki peringkat tertinggi.
Karena itu, penting bagi orang tua mengendalikan perilaku dan kebiasaan anak. Mulailah untuk menanamkan kebiasaan makan sehat dan bergizi kepada anak sejak dini.
Caranya? Berilah contoh mengonsumsi makanan sehat. Hindari membeli makanan kemasan tinggi gula dan mulai hidangkan berbagai sayuran dan buah-buahan di atas meja makan.
Anak akan cenderung mengikuti dengan melihat atau mencontoh apa yang dilakukan orang tuanya dibandingkan dengan hanya diberi tahu secara lisan. Ajarkan mereka cara menyantapnya sambil beri tahu manfaat makanan tersebut bagi tubuh.
Jika anak masih kesulitan memakannya, gunakan trik. Misalnya, tambahkan bayam atau wortel ke dalam telur dadar kesukaan mereka. Atau, pisang ke atas pancake, agar mereka mau makan buah.
Sebagian besar anak suka diajak berbelanja. Gunakan aktivitas ini untuk mengenalkan buah dan sayuran. Pertama-tama, ajaklah anak menyusun menu. Lalu, berbelanjalah bahan-bahannya bersama mereka.
Pada anak-anak yang lebih besar, orang tua bisa mulai mengajari mereka membaca label pada kemasan. Agar kelak mereka dapat memilih makanan yang lebih sehat.
Jadi, dalam menanamkan kebiasaan sehat ini, orang tua tidak hanya berfokus pada jumlah asupan gula yang dikonsumsi anak. Namun, juga membimbing anak hidup lebih sehat dengan berfokus pada makanan bergizi seimbang.
2. Pastikan gizi anak tercukupi
Makanan sehat adalah makanan yang memiliki gizi seimbang. Karena itu, pastikan anak tetap cukup mendapatkan kebutuhan kalori bagi pertumbuhan dan perkembangannya. Termasuk soal konsumsi gula.
Kementerian Kesehatan Indonesia merekomendasikan konsumsi gula harian pada anak sebesar 50 gram. Setara empat sendok makan.
Mengonsumsi gula berlebih justru mengakibatkan anak kekurangan gizi. Makanan manis tidak hanya menggantikan kelompok makanan penting, seperti protein, buah-buahan, sayuran, susu, dan biji-bijian, tetapi membuat tubuh kesulitan mencerna vitamin dan mineral.
Anak-anak membutuhkan protein untuk pembentukan otot dan lemak sehat. Hal ini penting untuk perkembangan otak dan sistem saraf mereka.
Agar gizi anak tercukupi, orang tua juga perlu mengendalikan jenis persediaan bahan makanan yang ada di rumah. Baik makanan utama maupun camilan. Anak-anak, tentu saja, masih membutuhkan camilan.
3. Batasi makan makanan cepat saji
Batasi camilan rendah gizi, seperti permen dan keripik. Alangkah baiknya, bila menggantinya dengan camilan buah. Jika anak masih kesulitan ngemil buah, ini tantangan bagi orang tua!
Kreativitas Anda menyajikan buah sebagai camilan yang lezat dan menyenangkan sedang diuji.
4. Identifikasi gula tersembunyi
Hal yang tak kalah penting diwaspadai orang tua adalah kandungan gula pada berbagai makanan dan minuman yang disajikan untuk anak. Saat ini, gula telah menyamar dalam banyak rupa. Misalnya, sukrosa, fruktosa, laktosa, dekstrosa, glukosa, sirup beras merah, sirup jagung, sukralosa.
Gula juga bersembunyi di balik label makanan sehat, seperti granola, yoghurt, sereal, atau saus pasta.
5. Baca label pada kemasan
Penting bagi orang tua untuk membaca label pada kemasan makanan atau minuman. Hindari makanan dan minuman dengan tambahan gula untuk anak di bawah usia 2 tahun.
6. Biasakan minum air putih
Membiasakan anak minum air putih dan susu daripada jus, soda, kopi, atau teh dapat menjadi cara mengurangi konsumsi gula. Susu formula mengandung gula alami (laktosa), protein, kalsium, vitamin D, dan nutrisi lain yang dibutuhkan tubuh.
Sebaliknya, sering minum soda atau jus dibanding susu justru membuat anak kekurangan kalsium. Zat yang penting bagi pertumbuhan tulang mereka.
Seberapa buruk akibat mengonsumsi gula berlebih?
1. Sakit gigi
Pada jangka pendek, konsumsi gula berlebih menyebabkan sakit gigi. Membatasi anak mengonsumsi gula tambahan membuat mereka tidak perlu menjalani perawatan gigi yang mahal.
2. Tidak bersemangat
Mengonsumsi gula berlebih juga mengakibatkan anak tampak letih lesu dan tidak dapat berkonsentrasi saat di sekolah. Bisa jadi, ia kelebihan gula.
3. Gatal di kulit
Gatal di kulit, seperti eksim juga bisa akibat konsumsi gula berlebih. Dokter biasanya menyarankan untuk mengurangi makanan olahan dan makanan cepat saji karena kandungan gulanya tinggi. Gula menyebabkan insulin melonjak sehingga memicu peradangan.
4. Berbagai penyakit lainnya
Konsumsi gula berlebih dapat menyebabkan obesitas, diabetes mellitus tipe II, hipertensi dan penyakit lainnya. Peneliti dari Nestle Research Center juga menemukan bahwa salah satu penyebab meningkatnya kasus asma pada anak-anak dan remaja terkait dengan konsumsi gula.
Kelebihan konsumsi gula menyebabkan saluran udara mengalami peradangan sehingga terjadi penyempitan saluran udara dan produksi lendir. Hal ini memicu gejala asma, mengi, dan sesak napas hingga gagal ginjal.
Gangguan pada ginjal dapat terjadi karena ginjal sulit mencerna asupan gula yang terlalu banyak. Jika sudah parah, hal ini dapat menyebabkan gagal ginjal.
^^
Bagaimana Anda bisa memastikan anak Anda mengonsumsi makanan atau minuman rendah gula? Perhatikan label nutrisi. Memilih sereal? Pilih kotak dengan kadar gula tambahan paling sedikit. Cari camilan sore hari? Pilih buah dan sayuran daripada produk kemasan.
Jika Anda memberikan pilihan sehat kepada anak-anak ketika masih kecil, mereka akan cenderung mengonsumsi makanan sehat saat tumbuh dewasa.
Jika Anda memiliki masalah dengan kesehatan anak Anda, klik WhatsApp atau kunjungi Klinik GWS Medika, klinik kesehatan di Jakarta.