Cara Atasi Anak Sering Tantrum

oleh Kristihandaribullet
Bagikan artikel ini
Ditinjau oleh dr. Sarah Josephine
Cara Atasi Anak Sering Tantrum
Cara Atasi Anak Sering Tantrum

Luna menemaninya ibunya berbelanja. Tiba-tiba dia menginginkan makanan yang tak diizinkan ibunya. Sontak, Luna menangis keras sambil berguling-guling di lantai.

Situasi ini mungkin terdengar familiar bagi sebagian besar orang tua. Ada yang langsung memenuhi keinginan sang anak, ada pula yang memilih mengabaikannya agar perilaku itu tidak terulang. Perilaku anak yang demikian ini disebut sebagai tantrum.



Apa itu tantrum?


Tantrum merupakan cara anak mengekspresikan frustrasinya. Penyebabnya bermacam-macam: keinginan yang tak terpenuhi, rasa marah, sakit, lelah, sakit, atau bahkan hanya ingin mendapatkan perhatian. Pola pengasuhan yang tidak konsisten juga berkontribusi terhadap perilaku ini. 


Beberapa anak cenderung sering tantrum, sedangkan yang lain lebih jarang. Tantrum adalah bagian normal dari perkembangan anak, terutama pada usia 1 hingga 3 tahun.


Bentuknya beragam, dari merengek, menangis sampai berteriak, serta tindakan fisik, seperti menendang, memukul, atau bahkan menahan napas. 


Selama tantrum, anak mungkin menunjukkan sikap menentang, tidak mau mendengarkan, atau melawan otoritas. Meski ini tidak selalu terjadi, jika tantrum menjadi terlalu sering atau intens, orang tua perlu memperhatikannya lebih serius.


Tanda tantrum yang perlu diwaspadai

  • Perilaku agresif
    Anak menunjukkan sikap tidak baik terhadap orang, benda, atau keduanya. Anak mungkin ingin memukul, menendang, atau merusak barang.

  • Melukai diri sendiri
    Anak melakukan tindakan berbahaya, seperti menggigit, mencakar atau melukai diri sendiri, membenturkan kepala ke dinding atau mencoba melukai kaki dengan menendang, memukul, atau meninju sesuatu.

  • Sulit ditenangkan
    Anak tidak bisa tenang sehingga Anda harus menjauhkan mereka dari lingkungan atau menjanjikan sesuatu untuk menenangkan dan menghentikan amukannya.

  • Sering mengamuk
    Tantrum dianggap wajar jika terjadi sekitar satu kali sehari pada usia 1—4 tahun. Namun, jika lebih sering dari itu,ada baiknya berkonsultasi dengan ahli.


Bagaimana menghentikan tantrum?



Saat balita Anda tantrum, mereka sebenarnya membutuhkan bantuan Anda untuk meredakannya. Meski tidak semua tantrum bisa dicegah, ada cara-cara efektif yang dapat membantu Anda mengurangi frekuensinya. 


Tantrum sering kali terjadi karena anak merasa lelah, lapar, sakit, mengantuk atau frustrasi. Tantrum juga dapat terjadi apabila keinginan anak terhalangi, orang tua salah merespons kebutuhan anak, diserang atau dikritik, dirampas mainannya atau bertemu orang asing, serta beberapa sebab lainnya.


Dengan mengenali pemicu-pemicu ini, Anda bisa lebih mudah mengelola situasi sebelum tantrum terjadi.



Cara atasi tantrum



1. Tetap tenang

Jangan merespons tantrum dengan kemarahan atau berteriak. Reaksi seperti ini hanya akan memperburuk situasi.


Sebaliknya, bersikaplah tenang dan sabar. Ingatkan diri Anda bahwa emosi anak adalah valid. Tanyakan alasan tantrum hanya saat anak sudah tenang. Setelah anak tenang, Anda bisa membicarakan perilakunya dengan cara yang lembut.


2. Alihkan perhatian

Berikan sesuatu yang menarik perhatian anak, seperti boneka, puzzle, atau mainan favorit. Jika penyebab tantrum disebabkan tugas tertentu, seperti membereskan mainan, tawarkan bantuan untuk menyelesaikannya bersama.


3. Peluk dengan lembut

Jika anak memukul, menendang, atau mencoba melarikan diri, peluk mereka dengan lembut. Sentuhan ini bisa memberikan rasa aman dan membantu mereka merasa tenang. Berikan anak “ruang” yang aman untuk mengelola emosinya.


4. Berikan penjelasan

Setelah anak tenang, jelaskan aturan dengan bahasa yang sederhana. Dorong mereka untuk mengungkapkan perasaannya tanpa marah-marah. Misalnya, ajarkan mereka mengatakan, “Aku butuh bantuan.”


5. Berikan pilihan

Berikan anak kebebasan untuk memilih, misal mainan yang akan dimainkan atau pakaian yang akan dikenakan. Memberikan mereka untuk mengontrol hal-hal sederhana seperti ini dapat mengurangi potensi mereka untuk merasa frustrasi.


6. Kenali dan hindari pemicu

Hindari situasi yang menyebabkan anak Anda mengamuk. Jangan berikan anak Anda mainan yang akan membuatnya frustrasi. Jangan membawa mereka ke tempat yang mengharuskan duduk lama jika mereka tidak tahan menunggu.


7. Abaikan tantrum

Jika tantrum tidak berbahaya, abaikan saja. Namun, awasi mereka dan jauhkan dari benda-benda yang dapat membahayakan mereka atau orang lain.


8. Konsistensi

Konsistensi sangat penting dalam menangani tantrum. Meski melelahkan, tetap berpegang pada pendekatan yang sama akan membantu anak memahami batasan dan aturan.


9. Berikan penghargaan untuk perilaku baik

Jangan lupa memberikan pujian saat anak berperilaku baik. Misalnya, jika mereka duduk tenang saat makan malam, beri mereka apresiasi. Membantu anak menetapkan tujuan kecil dan memberikan penghargaan dapat memperkuat perilaku positif.


Membantu anak menetapkan tujuan kecil dan memberikan penghargaan dapat memperkuat perilaku positif.



Hindari lima kesalahan ini


1. Mengalah

Kadang, orang tua menyerah demi menghentikan teriakan anak. Namun, sikap ini justru mengajarkan anak bahwa tantrum adalah cara efektif untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan.


2. Menyuap

Rasa putus asa dapat membuat orang tua tergoda untuk “menyuap” anak, misalnya agar mereka berhenti menangis di tempat umum. Sayangnya, tindakan ini hanya akan mendorong anak untuk mengulangi tantrum demi mendapatkan apa yang mereka mau.


3. Memberikan terlalu banyak perhatian

Anak bisa jadi mengantisipasi perhatian yang berlebihan saat mereka tantrum. Jika hal ini terjadi, cobalah untuk mengalihkan pandangan, berpura-pura tidak mendengar, atau menjauh sementara. Hindari memberi perhatian apa pun yang memperkuat perilaku tersebut.


4. Mengulangi peringatan

Jangan terlalu sering mengulang peringatan. Kebiasaan ini bisa membuat anak menganggap peringatan Anda tidak serius. Berikan peringatan satu kali dan tindak lanjuti dengan tegas agar anak memahami konsekuensinya.


5. Terlalu banyak menghibur

Jika anak menangis karena benar-benar sedih, hiburlah mereka dengan tulus. Namun, jika mereka mengamuk karena tidak ingin mengikuti aturan, memberikan hiburan hanya akan memperkuat perilaku tersebut.


Dengan menghindari kesalahan-kesalahan ini, Anda dapat membantu anak belajar menghadapi emosinya dengan cara yang lebih sehat. Sadari bahwa tantrum merupakan peluang bagi orang tua untuk membangun hubungan dan mengajarkan emosi kepada anaknya.


Seiring dengan meningkatnya pengendalian diri anak, tantrum mereka akan berkurang. Sebagian anak akan mulai jarang tantrum saat berusia 3,5 tahun.


Namun, jika anak menyakiti dirinya sendiri atau orang lain, atau tantrum semakin parah saat berusia lebih dari 4 tahun, kunjungilah dokter. Dokter mungkin akan mempertimbangkan masalah fisik atau psikologis yang dapat menyebabkan anak tantrum.

ReferensiCleveland Clinic. Diakses pada 2024. Temper Tantrums. Healthline. Diakses pada 2024. How to Deal with Tantrums in Your 3-Year-Old. WebMD. Diakses pada 2024. How to Handle a Temper Tantrum.