Area Kewanitaan Gatal? Begini Tips Mencegahnya

Pernah merasa area kewanitaan jadi cepat berkeringat dan berbau tak sedap? Itu wajar, karena bagian tubuh ini punya kelenjar keringat mirip dengan ketiak. Saat keringat bercampur dengan bakteri, muncullah bau tak sedap dan rasa gatal yang bikin tidak nyaman.
Gatal di area kewanitaan merupakan kondisi umum yang sering dialami perempuan. Penyebabnya bisa beragam, mulai dari infeksi jamur, bakteri, atau virus, hingga paparan bahan kimia, reaksi alergi, maupun perubahan hormon saat menopause.
Kondisi-kondisi ini menyebabkan gatal ringan hingga berat pada vagina. Gatal sering kali disertai gejala lain, seperti keputihan, luka, ruam, dan rasa terbakar atau tidak nyaman.
Anda mungkin dapat mengatasi gatal pada vagina dengan perawatan mandiri, menghindari beberapa produk, dan mengikuti tips kebersihan, seperti mengenakan pakaian yang menyerap keringat.
Namun, beberapa penyebab, seperti infeksi bakteri, memerlukan perawatan medis.
Hal penting yang perlu diingat adalah hindari menggaruk area yang gatal karena dapat menimbulkan iritasi pada kulit sekitar alat kelamin.
Secara umum, rasa gatal ini tidak berbahaya dan dapat mereda dalam beberapa hari.
Namun, jika keluhan terasa parah, tidak kunjung membaik, sering kambuh, atau disertai gejala lain, seperti keputihan tidak normal, sebaiknya segera berkonsultasi ke dokter.
Penyebab gatal di area kewanitaan

Ada berbagai faktor yang bisa memicu gatal pada area kewanitaan. Beberapa bersifat ringan, tetapi ada pula yang membutuhkan penanganan medis.
Berikut di antaranya:
1. Infeksi bakteri
Infeksi ini muncul ketika keseimbangan antara bakteri baik dan jahat di vagina terganggu.
Gejalanya berupa keputihan berbau amis atau tipis berwarna abu-abu/putih yang dapat menimbulkan rasa gatal. Kondisi ini paling sering terjadi pada perempuan pasca-pubertas hingga pra-menopause.
2. Infeksi menular seksual (IMS)
Beberapa IMS, seperti trikomoniasis, herpes genital, atau klamidia, dapat menyebabkan gatal disertai nyeri, luka, atau cairan abnormal dari vagina.
3. Kondisi kulit tertentu
Dermatitis vulva dan eksim menjadi salah satu penyebab paling umum gatal di area kewanitaan. Kulit vulva biasanya tampak merah, meradang, bersisik, atau kering.
Jika digaruk, dapat menimbulkan penebalan kulit yang dikenal sebagai liken simpleks kronikus (LSK).
4. Iritasi atau reaksi alergi
Kulit di area kewanitaan sangat sensitif terhadap iritan kimia, seperti sabun, deodoran, pembalut, pakaian ketat, maupun pakaian dalam sintetis.
Paparan iritan ini dapat menyebabkan eksim atau dermatitis sehingga menimbulkan rasa gatal dan terbakar berkepanjangan.
5. Infeksi jamur
Kebanyakan perempuan pernah mengalami infeksi jamur vagina (kandidiasis) akibat pertumbuhan berlebih jamur Candida.
Normalnya, vagina memiliki keseimbangan antara bakteri baik dan jamur. Jika keseimbangan terganggu, jamur dapat tumbuh berlebihan.
Gejalanya meliputi gatal, rasa terbakar di vagina, keputihan berwarna putih kental atau bening tanpa bau, serta iritasi di area kewanitaan.
6. Kurang menjaga kebersihan
Jarang mengganti pakaian dalam atau pembalut dapat menciptakan lingkungan lembap yang mendukung pertumbuhan jamur dan bakteri.
7. Keringat
Setiap orang pasti berkeringat di area genital karena bagian tubuh ini memiliki kelenjar keringat apokrin. Sama seperti yang terdapat di ketiak.
Kelenjar apokrin menghasilkan keringat yang lebih kental dibandingkan kelenjar ekrin yang ada di bagian tubuh lain.
Saat protein dalam keringat bercampur dengan bakteri di kulit, interaksi ini dapat memicu bau tidak sedap. Jika keringat dibiarkan mengering, area selangkangan dan vulva juga bisa terasa gatal.
8. Menopause
Penurunan produksi hormon estrogen di akhir masa reproduksi dapat menyebabkan dinding vagina menipis dan kering, sehingga menimbulkan rasa gatal dan iritasi.
Kondisi ini juga bisa dialami sebagian perempuan yang sedang menyusui.
Cara cegah gatal di area kewanitaan berulang

Penanganan gatal di area kewanitaan tergantung pada penyebabnya. Jika dipicu iritan, hindari pemicunya agar gejala cepat mereda.
Selain itu, langkah berikut juga dapat membantu mencegah kekambuhan:
- Mengenakan pakaian dalam berbahan katun yang longgar.
- Menghindari sabun atau pembersih yang mengandung pewangi. Bersihkan area kewanitaan hanya dengan air bersih dan sabun dengan pH seimbang.
- Menjaga area kewanitaan tetap bersih dan kering.
- Hindari menggaruk area kewanitaan karena dapat merusak kulit, serta memperparah kondisi dan menyebabkan infeksi.
- Gunakan celana dalam berbahan katun karena mudah menyerap keringat.
- Gunakan panty liner atau pembalut hanya pada saat haid.
- Rutin mengganti pembalut atau tampon.
- Hindari melakukan douching vagina.
Kapan harus periksa ke dokter?

Segera periksakan diri ke dokter bila gatal di area kewanitaan berlangsung lebih dari satu minggu, terasa parah hingga mengganggu aktivitas, atau disertai gejala berikut:
- Luka atau lepuh pada vulva.
- Nyeri, nyeri tekan, atau pembengkakan di area genital.
- Kemerahan atau perubahan warna pada genital.
- Kesulitan buang air kecil.
- Keputihan yang tidak biasa.
- Rasa tidak nyaman saat berhubungan seksual.
Jika bau atau rasa gatal di area kewanitaan sering muncul dan terasa mengganggu, jangan dibiarkan begitu saja.
Konsultasikan dengan dokter di Klinik GWS Medika, klinik kesehatan di Jakarta, untuk menemukan penyebabnya dan mendapatkan penanganan yang tepat.