Berbagai Tes Penyakit Menular Seksual

oleh Kristihandaribullet
Bagikan artikel ini
Ditinjau oleh dr. Sarah Josephine
Berbagai Tes Penyakit Menular Seksual
Berbagai Tes Penyakit Menular Seksual

Penyakit menular seksual (PMS), atau yang juga dikenal sebagai infeksi menular seksual (IMS), adalah kondisi yang dapat ditularkan melalui berbagai bentuk aktivitas seksual—baik melalui mulut, anus, vagina, maupun penis. Terdapat berbagai jenis PMS, dan masing-masing memiliki gejala yang berbeda. Beberapa gejala umum antara lain rasa terbakar, gatal, atau keluarnya cairan tidak normal dari area genital.

Namun, tidak semua PMS menunjukkan gejala. Sebagian besar justru tidak bergejala, sehingga banyak orang tidak menyadari bahwa mereka telah terinfeksi dan secara tidak sengaja menularkannya kepada pasangan.


Melakukan tes sejak dini tidak hanya penting bagi kesehatan Anda, tetapi juga membantu melindungi pasangan dari risiko penularan. Juga membantu mencegah komplikasi berat, seperti kerusakan organ dalam, gangguan kesuburan (infertilitas), dan kebutaan.


Bahkan, pada kasus tertentu, dapat menyebabkan kematian. Jika berencana hamil, tes PMS sangat penting untuk mencegah penularan infeksi kepada bayi.



Jenis-jenis tes PMS



Melakukan tes PMS tidak hanya penting bagi kesehatan Anda, tetapi membantu melindungi pasangan dari risiko penularan. 
Melakukan tes PMS tidak hanya penting bagi kesehatan Anda, tetapi membantu melindungi pasangan dari risiko penularan. 

Tes PMS biasanya melibatkan pemeriksaan darah, urine, atau sampel cairan dari area genital. Jenis tes yang dibutuhkan tergantung pada gejala, riwayat seksual, dan infeksi yang dicurigai.


1. Hepatitis B


Hepatitis B adalah infeksi hati (liver) yang disebabkan oleh virus hepatitis B (HBV). Penyakit ini sering kali tidak menunjukkan gejala, sehingga banyak orang baru menyadari telah terinfeksi setelah bertahun-tahun.


Jika tidak ditangani, hepatitis B dapat menyebabkan kerusakan serius pada hati, termasuk fibrosis, sirosis, kanker hati, hingga gagal hati.


Karena itu, penting untuk rutin memeriksa kesehatan liver. Salah satunya adalah melalui pemeriksaan darah.



2. Sifilis


Sifilis adalah penyakit menular seksual yang disebabkan bakteri Treponema pallidum.


Penyakit ini ditularkan melalui kontak seksual, dan dimulai dengan luka kecil yang biasanya tidak terasa sakit. Luka ini bisa muncul di alat kelamin, rektum, atau mulut, dan menjadi sumber penularan utama saat bersentuhan langsung.


Jika tidak ditangani, sifilis bisa menjadi penyakit yang mengancam jiwa. Tes sifilis biasanya dilakukan melalui pemeriksaan darah dengan mengambil sedikit sampel darah dari vena di lengan.


Ada dua jenis tes sifilis:


a. VDRL (Venereal Disease Research Laboratory)

Tes VDRL merupakan tes awal (skrining) untuk mendeteksi apakah tubuh memproduksi antibodi tertentu akibat infeksi sifilis.


Namun, tes ini tidak langsung mendeteksi bakteri penyebab sifilis, melainkan mengukur antibodi IgG dan IgM yang muncul akibat kerusakan jaringan karena infeksi.


  • Kelebihan: Sensitivitas tinggi — artinya mampu mendeteksi infeksi pada banyak kasus.
  • Kekurangan: Kurang spesifik. Hasil positif belum tentu berarti seseorang mengidap sifilis, karena antibodi ini juga bisa muncul akibat infeksi atau kondisi lain.

Karena sifatnya sebagai tes penyaring awal, hasil VDRL positif perlu dikonfirmasi dengan tes lanjutan.


b. TPHA (Treponema pallidum Hemagglutination Assay)

Berbeda dengan VDRL, tes TPHA dirancang untuk mendeteksi antibodi spesifik terhadap bakteri Treponema pallidum, sehingga hasilnya lebih akurat dan lebih spesifik.


  • Kelebihan: Dapat digunakan untuk mengonfirmasi infeksi sifilis, baik yang masih aktif maupun yang sudah lama terjadi.
  • Kekurangan: Hasil positif bisa bertahan seumur hidup, bahkan setelah pengobatan berhasil. Oleh karena itu, TPHA tidak bisa membedakan apakah infeksi masih aktif atau hanya menunjukkan jejak dari infeksi lama yang sudah sembuh.

Tes ini sering digunakan bersamaan dengan tes non-treponemal (seperti VDRL) agar hasilnya lebih menyeluruh dan dapat digunakan untuk menentukan tahap serta status infeksi.


3. HIV


HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh, khususnya sel yang membantu melawan infeksi. Ketika sel-sel ini rusak, tubuh menjadi lebih rentan terhadap berbagai infeksi dan penyakit lainnya.


HIV ditularkan melalui kontak dengan cairan tubuh orang yang terinfeksi, seperti darah, air mani, cairan vagina, cairan rektal atau ASI.


Penularan paling umum terjadi melalui hubungan seksual tanpa kondom atau penggunaan jarum suntik secara bergantian.


Jika tidak diobati, infeksi HIV dapat berkembang menjadi AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome), yaitu kondisi kronis yang mengancam jiwa.


Tes HIV dirancang untuk mendeteksi keberadaan virus atau respons tubuh terhadap infeksi HIV. Berikut beberapa jenisnya:


a. Tes antibodi HIV

Tes ini mendeteksi antibodi yang diproduksi oleh tubuh untuk melawan HIV. Antibodi ini muncul setelah beberapa minggu dari paparan awal.


  • Tes laboratorium (darah dari vena): Dapat mendeteksi antibodi HIV dalam waktu 23–90 hari setelah infeksi. Hasil biasanya keluar dalam beberapa hari.
  • Tes cepat (air liur, urine, atau darah dari jari): Hasil keluar dalam waktu sekitar 30 menit.

Namun, karena antibodi butuh waktu untuk terbentuk, ada kemungkinan hasil tes negatif meski seseorang sudah terinfeksi HIV. Ini disebut sebagai periode jendela.


b. Tes antibodi/antigen (tes kombinasi)

Tes ini merupakan tes HIV yang paling sering digunakan saat ini. Tes ini tidak hanya mencari antibodi, tapi juga antigen HIV, yaitu bagian dari virus yang muncul lebih awal daripada antibodi.


  • Tes laboratorium (darah dari vena): Dapat mendeteksi HIV 18–45 hari setelah infeksi.
  • Tes cepat (darah dari jari): Umumnya mendeteksi HIV dalam 18–90 hari.

4. Herpes simpleks


Virus herpes simpleks (HSV) dapat menginfeksi banyak bagian tubuh. Umumnya adalah area mulut (herpes oral) dan alat kelamin (herpes genital).


HSV menyebabkan lenting berisi cairan yang pecah dan berkerak di tempat infeksi berada. 


HSV sangat menular. Penyakit ini menyebar dari orang ke orang melalui kontak kulit ke kulit. Infeksi herpes simpleks terjadi ketika virus memasuki tubuh melalui kulit dan selaput lendir (mukosa).


Tes virus Anti IgM dan IgG herpes simpleks (HSV) adalah tes darah yang digunakan untuk mendeteksi apakah seseorang pernah terinfeksi HSV-1 atau HSV-2.


Tes ini mencari antibodi IgM dan IgG. Hasil positif IgM menunjukkan adanya infeksi akut sedangkan hasil positif IgG menunjukkan infeksi herpes sebelumnya atau riwayat infeksi.


**


Banyak penyakit menular seksual (PMS) tidak menunjukkan gejala pada tahap awal, sehingga sering kali tidak disadari hingga menimbulkan komplikasi serius.


Melakukan tes secara rutin bukan hanya tentang mengetahui status kesehatan pribadi, tetapi juga bentuk tanggung jawab terhadap pasangan dan orang-orang di sekitar.


Tes PMS bukanlah hal yang tabu, melainkan langkah cerdas dan berani untuk menjaga kualitas hidup dan mencegah penularan lebih lanjut.


GWS Medika menyediakan layanan tes penyakit menular seksual yang aman dan cepat. Dengan fasilitas yang profesional dan tim medis yang berpengalaman, Anda bisa menjalani pemeriksaan tanpa rasa cemas atau malu. Jangan tunggu sampai terlambat—jadwalkan tes Anda hari ini. 
















ReferensiCDC. Diakses pada 2025. Clinical Testing and Diagnosis for Hepatitis B. Cleveland Clinic. Diakses pada 2025. Sexually Transmitted Infections. Hepb. Diakses pada 2025. Understanding Your Hepatitis B Test Results. HIV. Diakses pada 2025. What Are HIV and AIDS? Mayo Clinic. Diakses pada 2025. Syphilis.