Hipertensi pada Kehamilan: Risiko dan Pentingnya Deteksi Dini

oleh Kristihandaribullet
Bagikan artikel ini
Ditinjau oleh dr. Muthia Trisa Nindita
Hipertensi pada Kehamilan: Risiko dan Pentingnya Deteksi Dini
Hipertensi pada Kehamilan: Risiko dan Pentingnya Deteksi Dini

Hipertensi pada kehamilan atau hipertensi gestasional adalah kondisi tekanan darah yang mencapai atau melebih 140/90 mmHg dan biasanya terjadi setelah pada paruh kedua kehamilan (biasanya setelah usia kehamilan 20 minggu). Kondisi ini berbeda dari hipertensi pada umumnya karena dimulai pada paruh kedua kehamilan dan umumnya hilang setelah persalinan.

Tekanan darah tinggi atau hipertensi selama kehamilan sering kali tidak menunjukkan gejala. Karena itu, penting untuk melakukan pemeriksaan rutin selama kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan janin. Jika tidak ditangani, hipertensi pada kehamilan dapat menyebabkan komplikasi baik pada ibu hamil maupun bayinya.


Berdasarkan data Maternal Perinatal Death Notification (MPDN), sistem pencatatan kematian ibu di Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Republik Indonesia, angka kematian ibu pada 2022 mencapai 4.005 dan pada 2023 meningkat menjadi 4.129. Dari jumlah tersebut, 13% disebabkan oleh komplikasi akibat hipertensi.



Penyebabnya




Ada beberapa kondisi yang memungkinkan ibu hamil mengalami hipertensi. Beberapa di antaranya meliputi


  • Kelebihan berat badan atau obesitas
  • Kurang berolahraga atau melakukan aktivitas fisik
  • Merokok
  • Konsumsi alkohol
  • Kehamilan pertama
  • Riwayat keluarga dengan hipertensi
  • Kehamilan kembar
  • Usia lebih dari 35 tahun
  • Kondisi medis, seperti diabetes atau penyakit autoimun.


Apa saja jenis hipertensi selama kehamilan?


Ada beberapa jenis tekanan darah tinggi selama kehamilan. Jenis-jenisnya bervariasi tergantung pada kapan tekanan darah tinggi itu dimulai dan gejala-gejala yang ditimbulkannya.


Jenis-jenis tekanan darah tinggi yang paling umum selama kehamilan adalah


1. Hipertensi kronis

Hipertensi kronis dapat berkembang sebelum kehamilan atau selama 20 minggu pertama kehamilan atau hipertensi menetap selama >12 minggu setelah melahirkan.


Karena tekanan darah tinggi biasanya tidak memiliki gejala, mungkin sulit untuk mengetahui secara pasti kapan tepatnya mulai terjadi.


2. Hipertensi gestasional

Ibu hamil dengan hipertensi gestasional memiliki tekanan darah tinggi yang muncul setelah 20 minggu usia kehamilan. Tidak ada protein berlebih dalam urin dan tidak ada tanda-tanda kerusakan organ lainnya. Namun dalam beberapa kasus, hipertensi gestasional pada akhirnya dapat menyebabkan preeklamsia.


3. Preeklamsia

Preeklamsia terjadi ketika hipertensi terjadi setelah 20 minggu kehamilan (umumnya setelah 27 minggu). Preeklamsia dikaitkan dengan tanda-tanda kerusakan pada sistem organ lainnya, termasuk ginjal, hati, darah, atau otak.


Preeklamsia yang tidak diobati dapat menyebabkan komplikasi serius — bahkan fatal — bagi ibu dan bayi. Komplikasi dapat mencakup eklamsia, di mana kejang terjadi.



Apa yang terjadi jika ibu hamil mengalami hipertensi?


Hipertensi pada ibu hamil dapat menimbulkan komplikasi serius, baik bagi ibu maupun janin, seperti


1. Berkurangnya aliran darah ke plasenta

Jika plasenta tidak mendapatkan cukup darah, janin mungkin menerima lebih sedikit oksigen dan nutrisi. Hal ini dapat menyebabkan pertumbuhan yang lambat (intrauterine growth restriction), berat badan lahir rendah, atau kelahiran prematur.


Bayi yang lahir prematur dapat mengalami masalah pernapasan, peningkatan risiko infeksi, dan komplikasi lainnya.


2. Solusio plasenta

Solusio atau abrupsi plasenta adalah kondisi plasenta terlepas sebelum waktunya. Kondisi ini dapat menyebabkan pendarahan hebat yang mengancam nyawa ibu dan bayi.


3. Dampak pada organ lain

Tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol dapat mengakibatkan dampak pada otak, mata, jantung, paru-paru, ginjal, hati, dan organ utama lainnya. Dalam kasus yang parah, hal ini dapat mengancam jiwa.


4. Persalinan prematur

Terkadang persalinan dini diperlukan untuk mencegah komplikasi yang mengancam jiwa akibat tekanan darah tinggi selama kehamilan.


5. Penyakit kardiovaskular pada masa mendatang

Ibu yang mengalami preeklamsia memiliki risiko tinggi mengalami penyakit jantung dan pembuluh darah (kardiovaskular) di kemudian hari.


Jika mengalami hipertensi selama kehamilan, segera hubungi dokter bila mengalami gejala-gejala, seperti sakit kepala tiba-tiba yang tidak kunjung hilang, penglihatan kabur atau pandangan kabur, pembengkakan yang tidak biasa, frekuensi buang air kecil berkurang.



Bagaimana saya tahu mengalami tekanan darah tinggi selama kehamilan?




Pemantauan tekanan darah secara rutin merupakan bagian penting dari perawatan prenatal. Jika Anda memiliki riwayat hipertensi kronis, dokter akan mempertimbangkan kategori berikut untuk pengukuran tekanan darah (menurut JNC VIII):


Tekanan darah meningkat atau prehipertensi. Prehipertensi adalah tekanan sistolik berkisar antara 120-139 mmHg dan tekanan diastolik 80-89 mmHg.


Tekanan darah tinggi cenderung memburuk seiring berjalannya waktu jika tidak dilakukan tindakan untuk mengendalikannya.


Hipertensi stadium 1. Hipertensi stadium 1 adalah tekanan sistolik berkisar antara 140-159 mmHg atau tekanan diastolik berkisar antara 90-99 mmHg.


Hipertensi stadium 2. Stadium ini lebih parah. Tekanan sistoliknya lebih dari sama dengan 160 mmHg atau tekanan diastoliknya lebih dari sma dengan 100 mmHg.


Setelah 20 minggu kehamilan, tekanan darah yang lebih dari sama dengan 140/90 mmHg tanpa kerusakan organ lain dikategorikan sebagai hipertensi gestasional.


Tekanan darah perlu diukur dua kali atau lebih dalam selang waktu minimal empat jam untuk memastikan diagnosis.


**


Hipertensi atau tekanan darah tinggi selama kehamilan, dapat menyebabkan komplikasi serius bagi Anda dan janin. Namun, kondisi ini biasanya hilang setelah persalinan.


Perawatan hipertensi melibatkan rutin kontrol tekanan darah, pengobatan, dan perubahan gaya hidup. Jika dikelola dengan baik, tekanan darah tinggi tidak akan menimbulkan masalah serius.


Sebaliknya, jika tidak dikelola, tekanan darah tinggi dapat menyebabkan kelahiran prematur, solusio plasenta, atau komplikasi serius lainnya.


Jika Anda memiliki kekhawatiran tentang pembacaan tekanan darah atau pengelolaan tekanan darah selama kehamilan, kunjungi Klinik GWS Medika, klinik kesehatan di Jakarta.


Di Klinik GWS Medika, Anda juga bisa mendapatkan layanan pemeriksaan sebelum kehamilan. Deteksi dini dapat mencegah komplikasi serius dan menjaga kesehatan ibu serta bayi.

ReferensiAsian Pacific Journal of Tropical Medicine. Diakses pada 2024. Risk factors for hypertension in pregnant women in Indonesia: A cross-sectional study. CDC. Diakses pada 2024. High Blood Pressure During Pregnancy. Cleveland Clinic. Diakses pada 2024. Gestational Hypertension. Kementrian Kesehatan RI. Diakses pada 2024. Hipertensi Dalam Kehamilan. Mayo Clinic. Diakses pada 2024. Pregnancy Week by Week.