Cegah Kanker Serviks dengan Vaksin HPV
Sembilan puluh persen kanker serviks disebabkan virus HPV. Memberikan vaksinasi HPV sejak dini melindungi perempuan dari kanker serviks.
Kanker serviks atau kanker leher rahim merupakan salah satu jenis kanker yang menyerang perempuan. Di Indonesia, kanker serviks menjadi masalah kesehatan serius dengan tingkat kejadian tinggi.
Data Kementrian Kesehatan memperkirakan 50.000 kasus baru terjadi setiap tahun. Kanker serviks bahkan telah menjadi penyebab kematian terbesar kedua pada perempuan setelah kanker payudara.
Data Rumah Sakit Umum Pusat Cipto Mangunkusumo menyebutkan 94% kanker serviks meninggal dalam waktu dua tahun. Hal ini karena biasanya pasien mengeluhkan gejalanya sudah pada stadium lanjut.
Ada sejumlah penyebab terjadinya kanker serviks. Beberapa di antaranya, beraktivitas seksual sejak muda, berganti-ganti pasangan seksual, dan pasangan terinfeksi penyakit menular seksual.
Virus HPV
Virus HPV (human papillomavirus) memiliki ratusan jenis. Sekitar 40-an virus berada di area genital. Berbagai jenis virus tersebut ada yang berisiko rendah dan ada yang berisiko tinggi. Misalnya, selain memicu kanker serviks, virus HPV berisiko tinggi memicu kanker lain, seperti kanker vagina dan vulva.
Pada pria, virus ini memicu kanker penis, anus, dan oropharyngeal (kanker bagian belakang tenggorokan, termasuk pangkal lidah dan amandel). Sementara, virus HPV berisiko rendah menyebabkan kutil kelamin, kutil kulit dan verrucas, serta kutil pada pita suara.
Infeksi HPV dapat menyebar dari kulit ke kulit, seperti di jari, tangan, mulut, dan alat kelamin. Virus ini menyebar selama aktivitas apa pun, termasuk bersentuhan.
Sebagian besar infeksi HPV tidak menimbulkan gejala. Tubuh umumnya dapat menghilangkan virus dengan sendirinya dalam waktu 1—2 tahun.
Namun, dalam beberapa kasus, infeksi HPV tertentu dapat bertahan lama dan menyebabkan perubahan sel abnormal, yang akhirnya berkembang menjadi kanker. Namun, pada beberapa kondisi, hal ini dapat dicegah melalui vaksinasi.
Kapankah vaksin HPV diberikan?
Sejak pertama kali direkomendasikan, yaitu pada 2006, vaksin HPV berhasil menurunkan risiko kanker serviks dan kutil kelamin sebesar 88% pada remaja putri, dan 81% pada perempuan dewasa muda.
Ada tiga jenis vaksin HPV. Pertama, vaksin HPV Cervarix. Melindungi dari HPV tipe 16 dan 18. Vaksin ini diberikan kepada perempuan usia 9—25 tahun.
Kedua, vaksin HPV Gardasil. Vaksin ini memberikan perlindungan terhadap HPV tipe 6, 11, 16, dan 18. Bermanfaat mencegah kanker serviks, vulva, serta kanker vagina dan anus. Vaksin ini juga dapat mencegah kutil kelamin. Diberikan kepada perempuan berusia 9—26 tahun.
Ketiga, vaksin HPV 9-valent (Gardasil 9). Jenis vaksin ini dapat melindungi dari HPV tipe 6, 11, 16, 18, 31, 33, 45, 52, dan 58. Dapat diberikan kepada perempuan dan laki-laki berusia 9—45 tahun.
Vaksin HPV dapat diberikan sebanyak dua dosis atau tiga dosis. Dosis dua kali diberikan kepada anak perempuan yang pertama kali mendapat vaksinasi sebelum berusia 15 tahun. Jarak pemberian antardosis minimum 6 bulan.
Sementara, vaksin dengan dosis tiga kali diberikan kepada kelompok usia 15—26 tahun. Vaksinasi diberikan dengan jarak 1—2 bulan antara dosis pertama dan kedua, sedangkan dosis ketiga diberikan dengan jarak 6 bulan dari vaksin pertama.
Kelompok usia 26 tahun perlu mendapatkan rekomendasi dokter bila ingin melakukan vaksinasi. Hal ini karena mereka biasanya sudah pernah terpapar virus HPV.
Pemerintah, dalam hal ini Kementrian Kesehatan, sejak April 2022 menambahkan vaksin HPV sebagai vaksin wajib tambahan untuk anak perempuan kelas 5 dan 6 SD. Vaksin HPV mampu memberikan perlindungan jangka lama, minimum 12 tahun.
Meskipun telah menerima vaksin HPV, seorang perempuan harus tetap menjalani skrining serviks secara teratur. Perempuan berusia 25—70 tahun wajib melakukannya setiap lima tahun sekali, atau dua tahun setelah pap smear selesai.
Siapa yang tidak boleh mendapatkan vaksin HPV?
Beri tahu dokter tentang alergi Anda. Beberapa orang tidak boleh mendapatkan vaksin HPV jika:
- Pernah mengalami reaksi alergi yang mengancam jiwa terhadap bahan apa pun dari vaksin HPV, atau dosis vaksin HPV sebelumnya.
- Memiliki alergi terhadap ragi (Gardasil dan Gardasil 9). Salah satu kandungan dalam vaksin HPV adalah ragi.
- Hamil. Vaksin diberikan setelah melahirkan.
- Menderita sakit parah. Vaksin HPV aman untuk anak-anak yang sakit ringan, seperti demam ringan, pilek, atau batuk.
Bagaimana prosedurnya?
Dokter akan menyuntikkan vaksin HPV sebanyak 0,5 ml dalam sekali suntik. Vaksin disuntikkan ke dalam otot. Biasanya di lengan bagian atas atau di paha bagian atas.
Berikut beberapa langkah yang akan dilakukan dokter sebelum menyuntikkan vaksin HPV:
- Membersihkan area yang akan disuntik menggunakan kapas beralkohol.
- Menyuntikkan vaksin HPV hingga ke dalam otot melalui permukaan kulit.
- Memberikan kain kasa beralkohol untuk menekan area suntik. Hal ini untuk mencegah pendarahan.
Apakah ada efek sampingnya?
Seperti obat apa pun, vaksin dapat memiliki efek samping. Namun, beberapa orang tidak mengalaminya, atau mengalami, tetapi sangat ringan. Misalnya, lengan terasa sakit akibat bekas suntikan.
Berikut efek samping vaksin HPV yang biasanya ringan:
- terdapat kemerahan atau bengkak terkadang disertai rasa nyeri di area suntik;
- demam;
- pusing atau pingsan (pingsan setelah vaksin apa pun lebih sering dialami remaja);
- sakit kepala atau merasa lelah;
- mual;
- nyeri otot atau sendi.
Sangat jarang, reaksi alergi yang parah (anafilaksis) ditandai dengan sesak napas dapat terjadi setelah vaksinasi. Orang dengan alergi parah terhadap salah satu komponen vaksin tidak boleh menerima vaksin HPV.
Selain dengan vaksinasi, kanker serviks dapat dicegah dengan berhubungan seks secara aman menggunakan kondom dan setia pada pasangan, tidak merokok, serta rutin menjalani pap-smear untuk memantau kesehatan serviks.