Kenali Gejala Polio Sejak Dini: Pencegahan Lebih Baik daripada Pengobatan

Polio mungkin terdengar seperti penyakit masa lalu, tetapi kenyataannya, virus ini belum sepenuhnya hilang dari dunia. Polio masih menjadi ancaman kesehatan, terutama bagi anak-anak yang belum mendapatkan imunisasi lengkap. Karena tidak ada obat untuk menyembuhkan polio, satu-satunya cara untuk melindungi diri adalah melalui vaksinasi.
Polio, atau poliomyelitis, adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus polio. Virus ini menyerang sistem saraf, khususnya bagian sumsum tulang belakang dan batang otak.
Ketika infeksi menjadi parah, dampaknya bisa sangat serius: kelumpuhan permanen, gangguan pernapasan, bahkan kematian.
Polio menyebar melalui kontak langsung dengan tinja penderita, atau dari air dan makanan yang terkontaminasi dan dapat ditularkan juga melalui droplet ketika seseorang bersin atau batuk.
Maka tak heran jika anak-anak di bawah usia lima tahun yang belum mendapat imunisasi lengkap dan tinggal di lingkungan dengan sanitasi buruk menjadi kelompok paling rentan.
Satu hal penting yang perlu diketahui: polio tidak memiliki obat. Penanganan medis hanya bisa meredakan gejala dan mencegah komplikasi, bukan menyembuhkan penyakitnya.
Oleh karena itu, pencegahan melalui imunisasi menjadi langkah paling bijak dan efektif.
Kenali gejalanya: dari ringan hingga mengancam nyawa

Banyak orang tidak menyadari bahwa penderita polio sering kali tidak menunjukkan gejala. Virus ini bisa mengendap tanpa keluhan yang jelas.
Namun, dalam beberapa kasus, gejala awal yang muncul menyerupai flu ringan, seperti demam, sakit tenggorokan, sakit kepala, sakit perut, atau mual.
Kondisi ini bisa saja tidak disadari sebagai sesuatu yang berbahaya. Namun, ketika virus menyebar ke sistem saraf pusat, gejalanya bisa menjadi sangat serius.
Beberapa orang mungkin mengalami meningitis, yaitu peradangan pada selaput otak dan sumsum tulang belakang.
Dalam kasus lain, virus bisa menyebabkan kelumpuhan, dan sebagian dari mereka bahkan bisa kehilangan kemampuan bernapas karena otot-otot pernapasannya berhenti bekerja.
Gejala polio umumnya muncul dalam rentang tiga hingga dua puluh satu hari setelah terpapar virus. Pada masa inilah penderita paling menular, terutama dalam tujuh hingga sepuluh hari sebelum dan setelah gejala muncul.
Efek jangka panjang: sindrom pasca-polio
Yang mungkin belum banyak diketahui, dampak polio tidak berhenti sampai di situ. Bertahun-tahun setelah sembuh dari infeksi awal, beberapa orang bisa mengalami gejala baru yang disebut sebagai sindrom pasca-polio.
Ini termasuk kelemahan otot yang muncul kembali, nyeri otot dan sendi, serta kelelahan berkepanjangan. Kondisi ini bisa muncul bahkan lima belas tahun atau lebih setelah infeksi pertama.
Vaksinasi: perlindungan terbaik
Dalam konteks pencegahan, vaksinasi memegang peran paling vital. Upaya imunisasi global selama beberapa dekade terakhir berhasil menurunkan kasus polio secara drastis.
Namun, selama masih ada wilayah yang belum tercakup vaksinasi secara menyeluruh, risiko penularan tetap ada.
Vaksinasi tidak hanya melindungi individu, tapi juga membantu membentuk kekebalan kelompok yang dapat mencegah penyebaran virus lebih luas.
Jadwal imunisasi polio untuk anak-anak

Di Indonesia, anak-anak mendapatkan dua jenis vaksin polio, yaitu OPV (vaksin tetes) dan IPV (vaksin suntik). Jadwal imunisasi dimulai sejak bayi lahir, dengan pemberian OPV pertama (OPV 0), kemudian dilanjutkan saat usia dua, tiga, dan empat bulan.
Pada usia empat bulan, bayi juga mendapat suntikan IPV pertama. IPV kedua diberikan ketika anak berusia sembilan bulan.
Pola imunisasi ini dirancang untuk memastikan tubuh anak benar-benar membentuk kekebalan terhadap semua jenis virus polio.
Bagaimana dengan orang dewasa?
Polio bukan hanya penyakit anak-anak. Orang dewasa juga bisa berisiko, terutama jika:
- belum pernah menerima vaksin polio sama sekali;
- dosis vaksin sebelumnya tidak lengkap;
- tinggal atau bepergian ke daerah dengan kasus aktif;
- bekerja di fasilitas kesehatan atau laboratorium yang berisiko tinggi
Bagi orang dewasa yang belum pernah divaksin atau tidak yakin dengan status vaksinasinya, dokter biasanya akan merekomendasikan tiga dosis IPV.
Dua dosis pertama diberikan dengan jarak empat hingga delapan minggu, dan dosis ketiga diberikan enam hingga 12 bulan setelah dosis kedua.
Sedangkan bagi yang sudah pernah divaksin lengkap saat masa kanak-kanak dan akan bepergian ke negara berisiko, cukup mendapatkan satu kali suntikan booster IPV, yang sebaiknya diberikan minimal empat minggu sebelum keberangkatan.
Lindungi diri, lindungi komunitas
Melihat betapa serius dan menularnya polio, serta fakta bahwa tidak ada pengobatan yang benar-benar bisa menyembuhkannya, jelas bahwa vaksinasi adalah langkah pencegahan yang tidak boleh ditunda.
Jangan menunggu hingga muncul kasus di sekitar kita. Lindungi diri, keluarga, dan lingkungan dengan memastikan imunisasi polio sudah lengkap.