Apakah Ibu Hamil Bisa Menularkan Hepatitis B?
Hepatitis B adalah penyakit serius yang menyerang hati sehingga menyebabkan masalah kesehatan serius dari waktu ke waktu, termasuk kerusakan hati, gagal hati, dan kanker hati. Sebanyak 1,1 juta kematian terjadi setiap tahun dan 96% kematian disebabkan infeksi virus hepatitis B dan C.
Hepatitis B ditularkan melalui kontak darah dan kontak cairan tubuh dari orang yang terinfeksi. Pada 2019, WHO memperkirakan 296 juta orang di dunia terinfeksi virus hepatitis B.
Berdasarkan data Riskesdas 2013, prevalensi hepatitis B (HbsAg) secara umum sebesar 7,1% atau setara 18 juta penduduk Indonesia. Di Indonesia, hepatitis B sebagian besar ditularkan oleh ibu ke anak atau disebut penularan perinatal atau transmisi vertikal.
Transmisi vertikal dapat terjadi pada saat kehamilan, persalinan maupun setelah lahir atau postnatal. Infeksi tersebut dapat ditularkan ke bayi melalui darah dan cairan tubuh ibu melalui plasenta, pada saat persalinan dan ASI.
Bahkan, tanpa intervensi, 70–90% bayi yang lahir dari ibu yang positif antigen hepatitis B akan mengalami infeksi kronis dan 90% – 95% kondisi tersebut akan berkembang menjadi hepatitis B kronis.
Apakah penularan ini dapat dicegah?
Ya. penularan ini dapat dicegah dengan melakukan skrining HBsAg selama kehamilan. Ini merupakan bagian dari tes darah antenatal. Jika hasil tes darah positif hepatitis B, tim medis akan menawarkan tes untuk memeriksa kadar virus hepatitis B dalam darah.
Kadar hepatitis B disebut viral load. Semakin tinggi viral load Anda, semakin besar kemungkinan menularkan virus hepatitis B ke bayi.
Pada wanita hamil dengan muatan virus yang tinggi, risiko transmisi vertikal mencapai >10% walaupun dengan kombinasi HBIG dan vaksinasi. Karena itu, sejak 2022, Kemenkes juga memberikan obat antivirus tenofovir disoproxil fumarate kepada ibu hamil yang terdiagnosis hepatitis B.
Bayi yang lahir dari ibu dengan HBsAg+ juga harus menerima HBIG atau imunoglobulin hepatitis B dan satu dosis vaksin hepatitis B antigen tunggal ≤12 jam setelah lahir. HBIG memberikan bantuan ekstra bagi tubuh bayi untuk melawan virus segera setelah lahir.
Suntikan HBIG hanya diberikan kepada bayi dari ibu yang menderita hepatitis B. Pencegahan ini harus diikuti dengan rangkaian lengkap vaksin hepatitis B. Vaksin hepatitis B memiliki efektivitas hingga 94% dalam mencegah penularan vertikal.
Secara keseluruhan, bayi akan mendapatkan 3—4 vaksin hepatitis B. Setelah vaksinasi pertama di rumah sakit, vaksinasi akan diberikan pada usia 1 hingga 2 bulan. Vaksinasi terakhir diberikan saat bayi berusia 6 bulan.
Ibu penderita hepatitis B juga disarankan tidak secara langsung menyusui bayinya hingga sang bayi menerima vaksin hepatitis B. Setelah itu, kegiatan menyusui dapat berjalan seperti biasa karena tidak lagi menjadi salah satu faktor penyebaran virus hepatitis B.
Waspadai gejalanya:
- Kelelahan berkepanjangan
- Mual dan muntah
- Perut bengkak
- Demam
- Kulit dan mata tampak kuning
- Urin berwarna gelap
Bagaimana penanganannya?
Ibu hamil dengan hasil HBsAg reaktif:
- Pemeriksaan HBV DNA atau HbeAg.
- Hasil HBV DNA ≥200.000 IU/ml atau HBeAg positif akan mendapatkan pengobatan pencegahan dengan tenofovir.
- Ibu hamil dengan status sirosis pengobatan dilanjutkan jangka panjang.
- Menginformasikan lokasi bersalin untuk penyiapan HBIg.
- Pendampingan.
- Skrining hepatitis B pada pasangan.
Bayi lahir dari ibu HBsAg reaktif:
- Pemberian HB0 dan HBIg <24 jam
- IMD (Inisiasi Menyusui Dini), ASI eksklusif
- Imunisasi dasar lengkap
- Tes HBsAg dan antiHBs usia 9-12 bulan
Hepatitis merupakan penyebab penyakit kuning yang paling umum pada masa kehamilan. Hepatitis pada masa kehamilan sering kali dikaitkan dengan komplikasi gestasional dan janin. Mematuhi pedoman skrining merupakan kunci untuk mengurangi penularan hepatitis virus dari ibu ke anak.
Dengan deteksi dini, pengobatan yang tepat, dan vaksinasi, risiko penularan ke bayi dapat diminimalkan.
Pemeriksaan kesehatan
Memimpikan kehamilan sehat dan bayi lahir sehat? Mulailah dengan pemeriksaan kesehatan sebelum menikah.
Di Klinik GWS Medika, klinik kesehatan di Jakarta, Anda dapat melakukan pemeriksaan pranikah yang bertujuan untuk mencegah penularan penyakit, mempersiapkan kehamilan, dan meningkatkan kesehatan.
Salah satunya skrining hepatitis B dan vaksinasi hepatitis B untuk Anda dan pasangan maupun buah hati Anda kelak ketika ia sudah lahir.
Pemeriksaan kesehatan pranikah pada dasarnya bisa dilakukan kapan saja. Namun, disarankan untuk melakukannya minimum enam bulan sebelum hari H sehingga apabila ada masalah dengan kesehatan dapat segera ditangani.
Mari kita tingkatkan kesadaran tentang hepatitis B dan jaga kesehatan ibu dan anak.