Flu vs Pneumonia: Perbedaan, Gejala, dan Cara Mencegahnya
![Flu vs Pneumonia: Perbedaan, Gejala, dan Cara Mencegahnya](/_next/image?url=https%3A%2F%2Fstatic.gwsmedika.id%2Farticle%2Fa204fd87-bff7-406e-8496-b86e19896fee%2Fimages%2F61e629fc-a9f0-45d2-8b75-4e60ec375b39.jpg&w=1200&q=100)
Artis Barbie Hsu meninggal dunia setelah terinfeksi virus Influenza di Jepang. Ia diduga mengalami flu berat yang berkembang menjadi komplikasi serius berupa pneumonia.
Setelah kejadian ini, beberapa negara mengeluarkan peringatan bagi warganya agar menunda perjalanan ke Jepang akibat meningkatnya kasus pneumonia di negara tersebut.
Di Indonesia sendiri, kasus pneumonia mengalami lonjakan drastis pada 2024. Tercatat 1.278 kasus dengan 188 kematian, meningkat lebih dari tiga kali lipat dibanding tahun sebelumnya, yang hanya mencatat 30 kasus dengan 52 kematian. Bahkan pada Januari 2025 saja, sudah terdapat 105 kasus dengan 12 kematian.
Apa bedanya flu dan pneumonia?
![](/_next/image?url=https%3A%2F%2Fstatic.gwsmedika.id%2Farticle-language%2F33914d02-afb0-4cad-930c-5990388d4b97%2Fimages%2F77949f74-e1ef-40fb-918a-df9be28dd332.jpg&w=1200&q=100)
Flu atau influenza merupakan infeksi pernapasan akibat virus yang menyerang hidung, tenggorok, dan paru-paru. Penyakit ini lebih sering terjadi pada musim hujan dan sangat mudah menular.
Sementara itu, pneumonia merupakan infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri, atau jamur, dan menyebabkan peradangan pada kantung udara di salah satu atau kedua paru-paru. Kantung udara tersebut dapat terisi nanah atau cairan lain, sehingga menghambat oksigen mencapai aliran darah.
Jika oksigen dalam darah terlalu rendah, tubuh tidak dapat berfungsi dengan baik, sehingga dapat mengganggu fungsi organ-organ dan pada akhirnya dapat menyebabkan kematian.
Baik flu maupun pneumonia merupakan infeksi saluran pernapasan yang dapat menyebabkan batuk dan gangguan pernapasan. Namun, terdapat beberapa perbedaan utama pada gejala dan pengobatan.
![](/_next/image?url=https%3A%2F%2Fstatic.gwsmedika.id%2Farticle-language%2F33914d02-afb0-4cad-930c-5990388d4b97%2Fimages%2Fd5cdda0d-f579-4e05-b62d-e185d433eef4.jpg&w=3840&q=100)
Dapatkah flu berkembang menjadi pneumonia?
Ya. Terutama pada anak kecil, lansia, ibu hamil, atau mereka yang memiliki kondisi kesehatan kronis tertentu.
Tak hanya pneumonia, flu bisa menyebabkan komplikasi lain, seperti bronkitis, infeksi telinga, gangguan jantung, serangan asma, radang selaput otak (meningitis), dan infeksi otak (ensefalitis).
Flu dapat berkembang menjadi pneumonia dengan dua cara, yaitu infeksi langsung (virus pneumonia) ke sel di paru-paru dan infeksi sekunder, disertai beberapa risiko yang mengikutinya.
Beberapa tanda bahwa flu telah berkembang menjadi pneumonia:
- kesulitan bernapas;
- nyeri dada;
- dada terasa sesak;
- demam tak kunjung reda setelah 7—10 hari.
Cara mencegah flu dan pneumonia
Untuk mengurangi risiko infeksi, lakukan langkah-langkah berikut:
- Vaksinasi untuk melindungi saluran pernapasan, seperti vaksin Influenza dan Pneumokokus.
- Menjaga daya tahan tubuh dengan mengonsumsi makanan bernutrisi, dan tidur yang cukup.
- Menjaga kebersihan dengan mencuci tangan secara rutin menggunakan sabun, terutama setelah batuk atau bersin.
- Menghindari kontak langsung dengan orang yang terinfeksi.
- Berhenti merokok karena merokok dapat merusak jaringan paru-paru.
- Segera berkonsultasi ke dokter jika mengalami batuk dan demam lebih dari lima hari yang disertai sesak napas.
Vaksinasi: perlindungan dari flu dan pneumonia
![](/_next/image?url=https%3A%2F%2Fstatic.gwsmedika.id%2Farticle-language%2F33914d02-afb0-4cad-930c-5990388d4b97%2Fimages%2F426254a1-77d7-4407-96d6-e7b58b8bd811.jpg&w=1200&q=100)
Baik flu maupun beberapa jenis pneumonia, memiliki vaksin yang dapat membantu melindungi tubuh dari infeksi.
1. Vaksin Influenza
Diberikan setiap tahun untuk melindungi dari virus flu terbaru. Vaksin Influenza memberikan perlindungan terhadap jenis 4 virus Influenza:
- Influenza tipe A (H1N1)
- Influenza tipe A (H3N2)
- Influenza tipe B (Victoria)
- Influenza tipe B (Yamagata)
2. Vaksin Pneumonia
Vaksin Pneumokokus membantu melindungi tubuh dari infeksi bakteri Streptococcus pneumoniae, yang dapat menyebabkan pneumonia, meningitis, dan infeksi serius lainnya. Ada dua jenis vaksin yang tersedia:
a. Pneumococcal Conjugate Vaccine (PCV)
Berdasarkan jumlah bakteri yang dapat dicegah, vaksin pneumonia konjugat memiliki beberapa jenis, seperti PCV13, PCV15, dan PCV20. Vaksin ini dapat diberikan kepada bayi, anak-anak, serta orang dewasa yang berisiko tinggi terkena infeksi.
- Anak usia 2–15 bulan: 4 dosis, diberikan pada usia 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan atau setidaknya dengan interval 4 minggu di antara dosis. Dosis pertama dapat diberikan paling cepat pada usia 6 minggu dan dosis keempat diberikan saat anak usia 11–15 bulan.
- Jika belum pernah diberikan vaksin PCV pada usia 7–11 bulan: 2 dosis dengan jarak minimal 1 bulan dan booster setelah umur 12 bulan dengan jarak sedikitnya 2 bulan dari dosis sebelumnya.
- Jika belum pernah diberikan pada umur 1–2 tahun: 2 dosis dengan jarak 2 bulan.
- Jika belum pernah diberikan pada umur 2–5 tahun: 1 dosis.
- Dewasa: 1 dosis, berlaku seumur hidup.
b. Pneumococcal Polysaccharide Vaccine (PPSV23)
Melindungi dari 23 jenis bakteri penyebab pneumonia dan diberikan mulai usia 19 tahun hingga lansia.
- Dosis: 1 kali suntikan.
- Efektivitas: Berlaku selama 5 tahun.
Pada dewasa, bila sudah vaksinasi PCV13 dapat diberikan interval 8 minggu untuk vaksinasi PPSV23. Bila sudah vaksinasi PPSV23 dapat diberikan interval 1 tahun untuk vaksinasi PCV13.
Vaksin Pneumonia direkomendasikan terutama bagi individu dengan risiko tinggi, seperti bayi, lansia, serta mereka yang memiliki penyakit kronis atau sistem imun yang lemah.
**
Dengan mengenali perbedaan antara flu dan pneumonia serta melakukan tindakan pencegahan, kita dapat melindungi diri dan orang-orang di sekitar kita dari risiko komplikasi yang serius.
Jangan tunggu sampai terlambat! Lindungi diri dan keluarga dengan vaksinasi Influenza dan Pneumonia di Klinik GWS Medika. Hubungi kami sekarang untuk informasi lebih lanjut.