Menstruasi Normal, Menstruasi Abnormal

oleh Agnes Krisantibullet
Bagikan artikel ini
Ditinjau oleh dr. Bandoro
Menstruasi Normal, Menstruasi Abnormal
Menstruasi Normal, Menstruasi Abnormal

Menstruasi terjadi saat kehamilan tidak terjadi. Normalnya, sebulan sekali. Setiap perempuan setidaknya mengalami ketidakteraturan menstruasi di satu titik hidupnya. Ketahui apakah ketidakteraturan itu masih termasuk “normal” atau “abnormal”.

Menstruasi menandakan pubertas perempuan


Biasanya dimulai antara usia 11—14 tahun. Siklus bulanan ini adalah serangkaian perubahan yang dialami tubuh perempuan untuk mempersiapkan kemungkinan kehamilan.


Menstruasi biasanya diawali dengan sindrom pramenstruasi atau PMS, seperti pusing, sakit pinggang, jerawat, nyeri payudara, dan sensitivitas.


Menstruasi terjadi ketika sel telur yang telah ovulasi (keluar dari ovarium) tidak segera dibuahi sel sperma. Akibatnya, dinding rahim yang sebelumnya menebal—karena dipersiapkan sebagai tempat tumbuh janin—akan luruh dan keluar melalui vagina.


Pola menstruasi tiap perempuan berbeda. Begitu juga yang terjadi sepanjang hidupnya. Meski disebut siklus bulanan, banyak ketidakteraturan yang bisa terjadi. Misalnya, pendarahan pada periode awal menstruasi seorang anak gadis ringan, tapi pada bulan berikutnya jadi sangat berat.


Ketidakteraturan lainnya bisa juga meliputi selang waktu, durasi, dan efek yang timbul. Misalnya, pusing, kejang perut, atau badan lemas yang mengarah pada ketidakproduktivan.


Pada gadis remaja, menstruasi normalnya berdurasi 4—7 hari, dan siklus berulang tiap 21—45 hari. Makin dewasa, durasi bisa hanya antara 3—5 hari dan siklus berulang tiap 28 hari.


Normalnya, perempuan kehilangan 30—45 ml darah selama menstruasi. Setara 2—3 sendok makan. Seiring usia, durasi, volume, dan periode menstruasi akan makin berkurang hingga berhenti sepenuhnya.


Bagaimana dengan Anda? Apakah Anda mengetahui pola menstruasi Anda? Jika tidak, mulailah lebih memperhatikannya. Sebab pola menstruasi dapat mengungkapkan kondisi tubuh kita.


Siklus disebut “normal” jika itu yang biasanya dialami


“Normal” menunjukkan pola umum yang biasa terjadi. Mengingat pola menstruasi tiap perempuan berbeda, siklus “normal” tentu bukan perbandingan antarindividu. Misalnya, Anda dan saudari Anda.


Simak ilustrasi berikut.


Risa memiliki siklus menstruasi yang tetap tiap bulan. Selama menstruasi, ia biasanya mengalami kejang perut di hari pertama. Tapi setelahnya tidak lagi.


Saudarinya, Gina, memiliki siklus menstruasi satu kali per dua bulan. Selama menstruasi, ia tidak mengalami kejang perut, tetapi pusing dan sakit pinggang. Kondisi Risa adalah “normal” bagi Risa, sedangkan kondisi Gina adalah “normal” bagi Gina.


Meski terkesan relatif, ke“normal”an siklus menstruasi tetap memiliki batasan.


Rata-rata durasi siklus menstruasi sama tiap bulan. Selama masih dalam durasi 21—45 hari, sedikit pergeseran tidak masalah. Siklus yang terasa makin maju atau mundur, tetapi konstan—atau tidak terjadi selama lebih dari setahun—masih tergolong normal.



Siklus “abnormal” jika menstruasi tidak seperti biasanya




“Abnormal” adalah keadaan yang tidak biasanya terjadi. Karena itu, hanya diri sendiri yang tahu apakah menstruasi beberapa bulan terakhir tidak seperti biasanya.


Banyak yang mengira abnormalitas awal hanyalah ketidakteraturan biasa. Tak sedikit juga yang tahu penyebabnya. Misalnya, terlalu lelah bekerja, makan tidak teratur, kurang istirahat, atau kurang olahraga. Wajar. Sebab, siklus baru disebut abnormal jika berulang dan memengaruhi keseharian.


Bagi perempuan yang belum pernah melahirkan, beberapa abnormalitas ini mungkin terjadi.


1. Menoragia

Pernah dengar seseorang mengalami menstruasi panjang dan pendarahan berat? Atau, mungkin Anda mengalaminya?


Jika pendarahan dalam volume besar, atau “banjir,” terjadi hanya di hari pertama atau sampai hari ketiga, itu masih normal. Tapi, jika sampai tujuh hari atau lebih, waspadalah!


Menoragia umumnya disebabkan:


  • Ketidakseimbangan hormon. Khususnya, estrogen dan progesteron. 
  • Pubertas.
  • Infeksi vagina.
  • Radang serviks (leher rahim).
  • Hipotiroidisme. Kekurangan produksi hormon tiroid sehingga menimbulkan gejala, seperti kelelahan, sembelit, kulit kering, sensitif dingin.
  • Fibroid. Tumbuhnya tumor nonkanker (mioma) di dalam atau luar rahim selama masa subur.

Pendarahan menoragia mencapai 80 ml per menstruasi (setara 5,5 sendok makan atau sepertiga cangkir). Karena itu, pembalut atau tampon perlu diganti tiap 1–2 jam sekali. Saking banyaknya darah yang keluar, tak jarang penderitanya pusing, lemas, hingga anemia.


Menoragia makin parah jika penderitanya memiliki masalah pembekuan darah. Misalnya, hemofilia dan penyakit Von Willebrand.


2. Amenorea

Amenorea adalah berhentinya siklus menstruasi secara abnormal.


Amenorea primer terjadi jika seorang perempuan belum mengalami menstruasi pertamanya pada usia 15 atau tiga tahun setelah perkembangan payudara dimulai.


Penyebab umumnya adalah masalah kelenjar pituitari, kelenjar yang mengatur banyak proses tubuh, termasuk fungsi reproduksi.


Amenorea sekunder terjadi ketika siklus bulanan terhenti selama enam bulan atau lebih. 


Penyebab amenorea meliputi:


  • Anoreksia. Hilang selera makan. 
  • Hipertiroidisme. Meningkatnya produksi hormon tiroid secara berlebih sehingga menimbulkan gejala, seperti rasa cemas berlebihan, insomnia, dan mudah berkeringat.
  • Kista ovarium. Kantong cairan yang tumbuh di dalam atau permukaan indung telur (ovarium).
  • Perubahan berat badan yang signifikan.
  • Kehamilan.

3. Dismenorea

Kejang perut atau kram biasa terjadi selama PMS. Atau, ketika rahim kontraksi pertanda mulai menstruasi. Namun, beberapa perempuan mengalami kejang yang sangat menyakitkan, yang disebut dismenorea.


Beberapa hal yang terkait dengan dismenorea adalah


  • Fibroid rahim. 
  • Penyakit radang panggul (PID). Infeksi yang biasanya memengaruhi saluran reproduksi atas, termasuk rahim, tuba falopi, dan ovarium. Ini dapat menyebabkan dismenorea atau kram menstruasi yang parah.
  • Endometriosis. Tumbuhnya jaringan abnormal (endometrium) di luar rahim.

Menstruasi pada istri, ibu, dan paruh baya




Penggunaan kontrasepsi hormonal oleh perempuan yang sudah menikah. Misalnya, pil KB dapat mengubah siklus menstruasi. Ini bukan hal aneh. Namun, jika perubahan kian meresahkan, jangan tunda berkonsultasi ke dokter.


Memasuki 40-an, siklus akan berubah. Makin panjang. Pendek. Berat. Ringan. Atau jarang. Mencapai 50-an, siklus akan terhenti karena ovulasi tidak terjadi lagi. Inilah yang disebut menopause.


Salah satu yang harus diwaspadai selama masa menopause adalah potensi kanker rahim. Risiko kanker ini meningkat seiring usia. Amatilah. Periksakan diri jika tiba-tiba terjadi pendarahan tidak wajar.



Menertibkan kembali siklus menstruasi




Seseorang cenderung takut dan khawatir saat menyadari siklus menstruasi tiba-tiba berubah. Terlebih jika mengarah ke abnormalitas.


Berikut beberapa cara menertibkan kembali siklus menstruasi.


  • Berlatih yoga
  • Mempertahankan berat badan
  • Olahraga teratur
  • Konsumsi jahe dan kayu manis
  • Konsumsi vitamin selama siklus
  • Konsumsi cuka apel tiap hari
  • Konsumsi buah nanas

Perhatikan siklus menstruasi Anda. Catat perubahan yang mengkhawatirkan. Cari tahu apakah perubahan hanya sementara atau tidak. Periksakan diri ke spesialis obstetri dan ginekologi (obgyn) untuk mendapat pemeriksaan dan perawatan tepat.

ReferensiHealthline. Diakses pada 2023. Menstrual Problem: Diagnosis, Treatment and Outlook. Healthline. Diakses pada 2023. How to Get Regular Periods Naturally: 8 Home Remedies for Irregular Periods. Mayo Clinic. Diakses pada 2023. Menstrual Cycle: What’s Normal, What’s Not. Step for Living. Diakses pada 2023. Normal and Abnormal Periods.