Manfaat dan Bahaya Makanan Bersantan bagi Kesehatan
Tebaklah! Pohon apa yang hampir seluruh bagiannya bermanfaat? Ya, Anda benar. Pohon kelapa.
Dalam bahasa Sanskerta, kelapa memiliki nama lain: Kalpavriksha, Pohon Ilahi. Disebut demikian, karena hampir semua bagian pohon kelapa atau Cocos nucifera memiliki banyak manfaat.
Salah satu hasil pohon kelapa adalah santan. Rasanya yang manis dan gurih, serta aromanya yang wangi membuat santan populer digunakan untuk mengolah makanan.
Pada perayaan hari raya keagamaan, seperti Lebaran, santan hampir mendominasi semua hidangan. Opor ayam beserta ketupat dan sambal hati. Rendang dan gulai sayur serta lontong. Empal gentong. Soto betawi. Silakan Anda perpanjang daftarnya ….
Tak hanya itu, santan juga digunakan sebagai pengobatan hingga kecantikan. Pada pengobatan ala India, ayurveda, santan menjadi salah satu obat alami untuk mengobati sakit perut karena infeksi kuman.
Santan segar juga dipercaya menguatkan gigi serta mencegah gigi keropos. Sebagai bahan kecantikan, santan menjadi bahan alami untuk membersihkan rambut.
Bahkan saat ini, santan menjadi bahan baku beberapa produk skincare. Santan diyakini dapat membuat kulit sehat dan kenyal. Santan juga melembapkan kulit wajah, serta membersihkan pori-pori dan make-up.
Manfaat santan bagi kesehatan
Santan diekstrak dari parutan daging kelapa tua yang diberi air dan disaring. Zat berwarna putih susu ini memiliki banyak kandungan mineral dan vitamin. Mengutip Kemkes RI, santan murni juga memiliki kandungan seng, kalium, dan tembaga yang tinggi.
Mengonsumsi santan sesuai AKG (Angka Kecukupan Gizi) dapat meningkatkan konsentrasi dan kemampuan berpikir, mendukung perkembangan dan menjaga fungsi otak, serta memberikan manfaat neurologis.
Santan juga mengandung anti-inflamasi. Menurunkan berat badan, memperkuat sistem kekebalan tubuh, dan meningkatkan kesehatan jantung.
Santan: nikmat, tapi tinggi kalori dan lemak jenuh
Meskipun mengandung nutrisi tinggi, santan memiliki indeks glikemik tinggi, yaitu 97. Karena itu, mengonsumsi santan berlebih berpotensi meningkatkan kadar gula. Dalam 100 gram santan murni juga terkandung 34,30 gram lemak.
Sebaiknya tidak mengonsumsi santan melebihi batas harian, yaitu satu cangkir (150 ml). Hal itu sama artinya dengan menimbun lemak jenuh yang meningkatkan risiko penyakit jantung dan stroke.
Berikut bahaya mengonsumsi santan berlebihan.
1. Berpotensi menambah berat badan
Mengonsumsi makanan bersantan dengan makanan berkarbohidrat tinggi berpotensi meningkatkan berat badan. Apalagi bila tidak diimbangi aktivitas fisik.
Per 250 ml cangkir santan tanpa pemanis tetap saja mengandung 8 gram gula. Ini berkontribusi pada penambahan berat badan dan peningkatan kadar trigliserida dalam darah.
Santan juga tinggi kalori. Satu cangkir santan murni setidaknya mengandung 552 kalori. Hampir sepertiga dari kebutuhan kalori harian!
2. Diare
Tingginya serat dalam santan menyebabkan pembentukan gas di perut serta memicu penekanan pada saluran pembuangan. Akibatnya, pengentalan feses menjadi sulit. Inilah penyebab kita sakit perut atau diare saat mengonsumsi banyak makanan bersantan.
Banyaknya lemak dalam feses juga menyebabkan feses encer atau diare. Kondisi ini terjadi karena lemak tidak dapat dicerna dan diserap tubuh dengan sempurna.
3. Tinggi kolesterol
Santan dalam jumlah sedang dapat meningkatkan kolesterol baik. Namun, mengonsumsi santan berlebihan akan meningkatkan kolesterol. Hal ini karena santan mengandung kadar lemak jenuh tinggi. Setiap 300 ml santan mengandung 90% lemak jenuh. Kandungan ini melebihi total kebutuhan harian.
Jesse Feder, ahli Diet Klinis di Memorial Regional Hospital South, mengatakan, “Penting untuk diperhatikan bahwa santan mengandung banyak lemak dan harus dikonsumsi dalam jumlah sedang. Jika dikonsumsi berlebihan, kandungan lemaknya yang tinggi berkontribusi pada meningkatnya kadar kolesterol, yang berpotensi menyumbat arteri dan meningkatkan tekanan darah.”
Namun, Anda tak perlu meninggalkannya. Anda hanya perlu mengonsumsinya dalam porsi lebih kecil!
4. Dapat menyebabkan kekurangan kalsium
Menggunakan santan sebagai pengganti susu dapat menyebabkan kekurangan kalsium.
Kandungan kalsium santan hanya 38,4 mg/240 ml cangkir atau 3% dari Nutrient Reference Value (NRV) untuk kalsium. Susu sapi rendah lemak (2%) mengandung 305 mg kalsium/250 ml atau 23,5% dari NRV – hampir 8 kali lebih banyak kalsium per cangkir daripada santan.
Sebagian orang yang intoleran terhadap laktosa atau protein susu, biasanya menggantikannya dengan santan. Namun, santan tidak dapat mencukupi kebutuhan harian asupan kalsium yang diperlukan.
Kekurangan kalsium terus-menerus akan berefek pada kesehatan tulang dan gigi. Terutama pada bayi, anak-anak, remaja, dan perempuan hamil.
Masakan bersantan yang aman bagi kesehatan
Santan mengandung lemak sehat. Namun, cara memasak yang salah menyebabkan santan menjadi lemak jenuh.
Rista Yulianti Mataputun, S.Gz., ahli gizi RS Indriati Solo Baru dalam wawancara dengan Kompas, menyampaikan tips agar makanan bersantan tetap sehat dikonsumsi.
1. Masak maksimum tiga menit
Hindari memasak makanan bersantan terlalu lama. Saran yang dianjurkan, maksimum tiga menit atau tidak terlalu lama dipanaskan. Cara yang salah akan meningkatkan kolesterol dalam tubuh. Anda dapat menambahkan santan pada masakan terakhir kali sebelum disajikan.
2. Jangan memanaskan makanan bersantan
Makanan bersantan yang dipanaskan akan membentuk lapisan minyak. Lapisan ini berbahaya karena kandungan lemaknya yang buruk.
3. Jangan mencampur makanan bersantan dengan makanan tinggi kolesterol
Hindari mencampur makanan berkolesterol tinggi, seperti jeroan dan babat ke dalam santan. Inilah penyebab makanan bersantan akhirnya mengandung kolesterol tinggi.
Jadi, apa sarapan favorit Anda? Ketupat atau lontong sayur? Nasi uduk? Nasi kuning? Tak perlu takut mengonsumsi makanan bersantan. Yang penting, Anda tahu batas aman kesehatan.
Jika Anda bermasalah dengan kesehatan karena terlalu banyak mengonsumsi makanan bersantan, klik WhatsApp untuk mendapatkan layanan GWS Medika.