Dari Puasa ke Perayaan: Menjaga Gaya Hidup Sehat Setelah Ramadhan

oleh Kristihandaribullet
Bagikan artikel ini
Ditinjau oleh dr. Muthia Trisa Nindita
Dari Puasa ke Perayaan: Menjaga Gaya Hidup Sehat Setelah Ramadhan
Dari Puasa ke Perayaan: Menjaga Gaya Hidup Sehat Setelah Ramadhan

Setelah sebulan penuh menjalani ibadah puasa, banyak orang menghadapi tantangan dalam mempertahankan gaya hidup sehat pasca-Idul Fitri.

Untuk itu, PT TechConnect mengadakan sesi Health Talk bertajuk “From Fasting to Feasting: Maintaining Healthy Lifestyle After Ramadhan” di Sinarmas Techconnect, MSIG Tower (24/3).


Acara ini menghadirkan dr. Muthia Trisa Nindita dari GWS Medika sebagai pembicara utama guna membantu para karyawan tetap menjaga kebiasaan sehat setelah perayaan Lebaran.



Penyakit yang sering muncul pasca-Lebaran


Dalam kesempatan ini, dr. Muthia mengungkapkan, “Setelah Idul Fitri, banyak orang mengalami berbagai masalah kesehatan, seperti hiperkolesterolemia (kolesterol tinggi), hipertrigliserida, hipertensi, hiperglikemia (gula darah tinggi), dan hiperurisemia (asam urat tinggi). Kondisi ini sering disebabkan oleh perubahan pola makan yang drastis setelah sebulan berpuasa.”


Untuk menghindari masalah kesehatan tersebut, dr. Muthia menyarankan beberapa langkah yang bisa diterapkan, antara lain:


  • Berolahraga secara rutin untuk membantu metabolisme tubuh dalam mengolah lemak dan zat-zat yang berlebihan.
  • Mengadopsi pola makan sehat dengan memperhatikan asupan kalori, lemak, gula, dan garam.
  • Memastikan istirahat yang cukup dan mengelola stres dengan baik.
  • Berhenti merokok dan mengurangi konsumsi alkohol.
  • Menerapkan konsep mindful eating saat menikmati hidangan Lebaran untuk mengontrol porsi dan kualitas makanan yang dikonsumsi.


Tantangan dalam menjaga kesehatan


Dalam sesi tanya jawab, salah satu peserta mengungkapkan kekhawatiran terkait kadar kolesterol dan asam urat yang tetap tinggi. “Saya sudah menjaga pola makan dengan tidak mengonsumsi jeroan, gorengan, minuman manis, tapi kenapa asam urat dan kolesterol saya tinggi,” tanyanya.


dr. Muthia menjelaskan bahwa faktor genetik, kurangnya aktivitas fisik, stres, serta gangguan kesehatan lain, seperti hipotiroidisme atau gangguan ginjal juga bisa menjadi penyebabnya. Ia menekankan bahwa olahraga memiliki peran penting dalam membantu tubuh memproses lemak dan mengeluarkan zat-zat berlebih melalui keringat dan urine.


Olahraga membantu meningkatkan metabolisme dan merangsang enzim yang membantu tubuh memecah kolesterol jahat (LDL) dan meningkatkan kolesterol baik (HDL). Selain itu, olahraga juga mempercepat pengeluaran asam urat melalui keringat dan urine, serta mengurangi peradangan yang bisa memperburuk kondisi asam urat tinggi.


“Walaupun pola makan telah diubah, jika tanpa disertai aktivitas fisik, tubuh tidak dapat memetabolisme zat secara maksimal,” dr. Muthia menegaskan.


Selain itu, pertanyaan tentang hiperkolesterolemia genetik juga menarik perhatian. dr. Muthia menjelaskan bahwa kolesterol tinggi bisa diwariskan dalam keluarga, yang dikenal sebagai hiperkolesterolemia familial. Selain faktor genetik, pola makan dan gaya hidup keluarga juga berperan dalam meningkatkan risiko penyakit ini.


Kondisi ini terjadi karena mutasi pada gen yang mengatur pemecahan kolesterol dalam tubuh, sehingga kadar kolesterol tetap tinggi meskipun pola makan sehat.


“Selain faktor genetik, pola makan dan gaya hidup keluarga juga berpengaruh. Jika dalam keluarga terbiasa mengonsumsi makanan tinggi lemak jenuh, kurang aktivitas fisik, atau mengalami obesitas, risiko kolesterol tinggi pada anak semakin besar,” lanjutnya.



Memilih makanan yang sehat


Banyak peserta yang ingin tahu bagaimana memastikan makanan yang mereka konsumsi tetap sehat dan sesuai dengan kebutuhan nutrisi harian.


dr. Muthia menyarankan agar setiap orang membaca label informasi gizi dengan cermat, memperhatikan jumlah kalori, lemak jenuh, gula tambahan, dan natrium. Jika makanan tidak memiliki label gizi, aplikasi pencatat nutrisi bisa menjadi solusi untuk mengetahui kandungan makanan yang dikonsumsi.


Baca juga: Cara Cerdas Menggunakan dan Membaca Label Nutrisi.


Melalui sesi ini, diharapkan para peserta dapat mempertahankan kebiasaan sehat yang telah diterapkan selama Ramadhan dan menerapkannya secara berkelanjutan.


Dengan pola makan yang seimbang dan aktivitas fisik yang cukup, kesehatan dapat tetap terjaga meskipun sudah memasuki masa perayaan.