Sifilis: Kenali Gejala dan Penyebab, serta Pengobatan Sebelum Terlambat

Sifilis atau dikenal juga sebagai penyakit “Raja Singa” sangat menular. Apakah penyakit ini bisa disembuhkan?
Apa itu sifilis?
Sifilis adalah infeksi bakteri yang menular melalui kontak seksual. Penyakit menular seksual ini disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum, yang masuk ke dalam tubuh melalui kulit yang terluka atau selaput lendir, biasanya di area alat kelamin.
Bagaimana sifilis menular?
Penularan sifilis terjadi melalui hubungan seks vaginal, anal, atau oral tanpa kondom dengan seseorang yang berada dalam stadium dini. Selain itu, sifilis juga dapat menyebar melalui ciuman atau kontak langsung dengan luka di bibir, mulut, lidah, atau alat kelamin.
Pada ibu hamil, infeksi ini dapat ditularkan ke bayi selama kehamilan atau persalinan.
Sifilis tidak dapat menyebar melalui kontak sehari-hari dengan benda-benda yang telah disentuh oleh penderita. Anda tidak akan tertular sifilis hanya dengan menggunakan toilet, bak mandi, pakaian, peralatan makan, gagang pintu, kolam renang, atau bak yang sama dengan orang yang terinfeksi.
Empat tahap dan gejala sifilis

1. Sifilis primer
Masa inkubasi sifilis primer adalah 14 hingga 21 hari. Pada tahap ini, sifilis sangat menular dan tidak disadari karena belum bergejala.
Gejalanya biasanya diawali dengan adanya luka (ulkus) di area genital (vagina atau penis), anus, atau mulut. Luka tersebut:
- tidak disadari karena tersembunyi atau tidak menimbulkan rasa sakit;
- muncul satu atau beberapa luka di area kontak seksual, seperti mulut, rektum, vagina atau serviks;
- sering kali tidak menimbulkan rasa sakit;
- muncul 3—4 minggu setelah terinfeksi;
- sembuh dengan sendirinya dalam waktu 4 minggu.
Bakteri penyebab sifilis dapat terus hidup di dalam tubuh, tetapi hanya ada sedikit gejala hingga tahap kedua.
2. Sifilis sekunder
Gejala sifilis sekunder mulai muncul 2 hingga 8 minggu setelah sifilis primer, dan sangat menular. Gejalanya meliputi
- ruam kulit, biasanya di telapak tangan dan telapak kaki atau permukaan tubuh;
- luka yang disebut bercak lendir di dalam atau di sekitar mulut, vagina, atau penis;
- bercak lembap dan berkutil (disebut kondiloma lata) di alat kelamin atau lipatan kulit;
- demam;
- kehilangan nafsu makan;
- nyeri otot dan sendi;
- pembengkakan kelenjar getah bening;
- perubahan penglihatan;
- rambut rontok, terutama alis mata.
Sifilis primer dan sekunder biasanya sembuh tanpa pengobatan. Pada saat itu, sifilis menjadi laten dan mungkin tidak memiliki gejala selama bertahun-tahun. Namun, selama waktu ini, sifilis dapat merusak organ yang menyebabkan sifilis tersier.
3. Sifilis laten
Selama fase ini, bakteri sifilis masih hidup di dalam tubuh Anda, tetapi Anda tidak memiliki tanda atau gejala infeksi.
Selama tahap ini, Anda tidak menularkan penyakit, tetapi infeksi sifilis mungkin masih memengaruhi jantung, otak, saraf, tulang, dan bagian tubuh lainnya. Fase ini dapat berlangsung selama bertahun-tahun.
Bagi banyak orang, gejala tidak berkembang melewati fase laten, baik karena infeksi sembuh dengan sendirinya atau karena gejalanya terlalu ringan untuk diperhatikan. Beberapa orang akan memasuki tahap tersier.
4. Sifilis tersier
Sifilis tersier berkembang pada orang terinfeksi, tetapi tidak diobati. Infeksi dapat muncul beberapa bulan hingga tahun setelah terinfeksi pertama kali.
Pada tahap ini, sifilis ini tidak menular, dan masih dapat diobati.
Gejalanya sangat bervariasi dan sulit didiagnosis, meliputi
- kerusakan pada jantung, yang menyebabkan aneurisma atau penyakit katup;
- gangguan sistem saraf pusat (neurosifilis);
- tumor pada kulit, tulang, atau hati.
Skrining dan pemeriksaan

Ada beberapa jenis tes untuk mendeteksi sifilis, yaitu tes non-treponemal (VDRL), tes treponemal (TPHA) dan tes cepat sifilis (Rapid test Syphilis).
1. Tes Non-Treponemal (VDRL)
VDRL (Venereal Disease Research Laboratory) adalah metode pemeriksaan yang bertujuan untuk mengetahui apakah seseorang kemungkinan terinfeksi sifilis.
Tes ini tidak secara langsung mendeteksi bakteri Treponema pallidum, melainkan mengukur kadar antibodi (IgG dan IgM) yang diproduksi tubuh akibat kerusakan sel akibat infeksi bakteri tersebut.
Namun, antibodi ini dapat juga muncul akibat infeksi akut lain, seperti infeksi virus atau pada penyakit kronis, seperti autoimun.
Karena VDRL memiliki sensitivitas tinggi, tetapi tidak spesifik, hasil positif belum tentu berarti seseorang menderita sifilis.
Oleh karena itu, diperlukan pemeriksaan tambahan atau pengujian ulang untuk memastikan diagnosis. VDRL sering digunakan sebagai tes awal (skrining) serta untuk memantau efektivitas pengobatan sifilis.
2. Tes Treponemal (TPHA)
TPHA (Treponema pallidum Hemagglutination Assay) merupakan pemeriksaan serologi yang dirancang untuk mendeteksi keberadaan antibodi spesifik terhadap bakteri Treponema pallidum.
Berbeda dengan VDRL, TPHA bersifat lebih spesifik sehingga lebih akurat untuk mengonfirmasi apakah seseorang pernah atau sedang mengalami infeksi sifilis.
Biasanya, TPHA digunakan bersama dengan tes non-treponemal untuk membedakan apakah infeksi yang terdeteksi bersifat aktif atau hanya merupakan sisa antibodi dari infeksi lama yang telah sembuh. Tes ini dapat menunjukkan hasil positif/reaktif seumur hidup walaupun terapi sifilis telah berhasil.
Tes jenis ini tidak dapat digunakan untuk membedakan antara infeksi aktif dan infeksi yang telah diterapi secara adekuat. Tes ini juga tidak dapat membedakan infeksi T. pallidum dari infeksi treponema lainnya.
Anamnesis mengenai perilaku seksual, serta riwayat pajanan dan riwayat perjalanan ke daerah endemis dibutuhkan untuk menentukan diagnosis banding.
3. Tes Cepat Sifilis (Rapid test Syphilis)
TP Rapid dapat digunakan hanya sebagai pengganti pemeriksaan TPHA, dalam rangkaian pemeriksaan bersama dengan tes non-treponemal. Penggunaan rapid test ini sangat mudah dan memberikan hasil dalam waktu yang relatif singkat (10 – 15 menit).
Jika dibandingkan dengan TPHA, sensitivitas rapid test ini berkisar antara 85% sampai 98%, dan spesifisitasnya berkisar antara 93% sampai 98%.
Rapid test sifilis yang tersedia saat ini, TP Rapid, termasuk kategori spesifik treponema yang mendeteksi antibodi spesifik terhadap berbagai spesies treponema (tidak selalu T pallidum).
Karena itu, tes ini tidak dapat digunakan untuk membedakan infeksi aktif dengan infeksi yang telah diterapi dengan baik. TP Rapid hanya menunjukkan bahwa seseorang pernah terinfeksi treponema.
Pengobatan sifilis

Jika hasil pemeriksaan VDRL dan TPHA menunjukkan positif, ada kemungkinan infeksi sifilis aktif dan perlu segera mendapatkan pengobatan. Pengobatan utama untuk sifilis adalah antibiotik dari golongan penisilin.
Jika infeksi terjadi kurang dari satu tahun, satu kali suntikan sudah cukup untuk menghentikan penyakit. Namun, jika infeksi telah berlangsung lama, terapi bisa memerlukan waktu 14 hari atau lebih.
Pada sifilis stadium lanjut (sekunder atau tersier), durasi pengobatan bisa lebih lama. Jika pasien memiliki alergi terhadap penisilin, dokter dapat meresepkan alternatif antibiotik lainnya.
Oleh karena itu, sangat disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis kulit dan kelamin guna mendapatkan diagnosis yang tepat serta terapi yang sesuai.
Setelah pengobatan selesai, antibodi yang terdeteksi melalui VDRL dapat bertahan dalam tubuh selama 6 hingga 24 bulan sebelum akhirnya menghilang.
Sementara itu, TPHA biasanya akan tetap positif seumur hidup, menandakan bahwa seseorang pernah mengalami infeksi sifilis meskipun sudah sembuh sepenuhnya.
Cara mencegah sifilis
- Hindari seks bebas. Setialah kepada pasangan Anda.
- Gunakan kondom.
- Tunda hubungan intim hingga pengobatan selesai.
- Lakukan skrining sifilis rutin bila dalam kelompok berisiko.
- Periksa juga pasangan Anda.
Sifilis dapat disembuhkan. Meskipun Anda sudah sembuh, bukan berarti tidak dapat terinfeksi kembali. Anda dapat terinfeksi lagi jika Anda melakukan kontak kembali dengan seseorang yang terinfeksi.
Jika Anda ingin berkonsultasi lebih lanjut tentang penyakit ini, kunjungi Klinik GWS Medika, klinik kesehatan di Jakarta, untuk informasi lebih lanjut. Atau, Anda juga dapat bisa mendapatkan informasi terkait skrining kesehatan seksual dengan klik WhatsApp.