Mengapa Seseorang Bisa Bunuh Diri?

oleh Kristihandaribullet
Bagikan artikel ini
Ditinjau oleh dr. Muthia Trisa Nindita
Mengapa Seseorang Bisa Bunuh Diri?
Mengapa Seseorang Bisa Bunuh Diri?

Perundungan bahkan terjadi di kalangan profesional, seperti dokter. Beberapa waktu lalu, seorang dokter ditemukan bunuh diri akibat pengancaman, intimidasi, pemerasan oleh seniornya. Tekanan psikologis diduga kuat menjadi pemicunya.

Sulit untuk membayangkan apa yang menyebabkan seseorang bunuh diri. Mungkin tidak ada tanda-tanda peringatan yang jelas tentang pikiran bunuh dirinya.


Sejatinya, bunuh diri bukanlah hasil dari satu faktor, melainkan akumulasi dari berbagai faktor yang menumpuk seiring waktu. Dalam kasus perundungan, terutama dalam lingkungan yang penuh tekanan, seperti dunia kedokteran, penting untuk segera mendeteksi tanda-tanda risiko, seperti perubahan perilaku, menarik diri, atau tanda-tanda depresi, agar intervensi dapat dilakukan lebih awal.


Berikut beberapa faktor yang membuat seseorang berpikir tentang bunuh diri.





1. Gangguan kesehatan mental

90% dari kasus bunuh diri dilakukan oleh orang yang memiliki gangguan kesehatan mental. Misalnya, depresi berat, kecemasan, atau bahkan PTSD (Post-Traumatic Stress Disorder).


Dalam kondisi mental yang terganggu ini, rasa putus asa, tidak dapat merasakan kebahagiaan (anhedonia), dan impulsivitas menyebabkan pikiran untuk bunuh diri semakin dominan, terutama ketika merasa tidak ada bantuan atau dukungan dari lingkungan sekitarnya.


2. Stres kronis dan burnout

Stres berkepanjangan dapat menyebabkan kelelahan mental dan emosional (burnout). 


Kelelahan yang tidak teratasi sering kali membuat seseorang kehilangan kemampuan mengatasi masalah sehari-hari. Tekanan yang melampaui batas ini akan memunculkan ide bunuh diri dan mulai melihat bunuh diri sebagai satu-satunya cara mengakhiri penderitaan.


3. Kehilangan atau ketakutan akan kehilangan

Seseorang mungkin memutuskan bunuh diri saat menghadapi kehilangan atau ketakutan akan kehilangan. Misalnya, kehilangan pekerjaan, status sosial, atau orang yang dicintai.


Rasa kehilangan dan kesedihan yang tidak tertangani dengan baik ini dapat memperburuk risiko berkembangnya depresi. Selain itu, rasa ketakutan akan kehilangan yang berlebihan juga dapat berkembang menjadi kecemasan.


Kecemasan menyebabkan ketidakmampuan mengendalikan kekhawatiran berlebihan, dan rasa takut yang intens dapat memperburuk perasaan putus asa. Individu dengan kedua kondisi ini sering kali mengalami gangguan dalam berpikir jernih dan mengambil keputusan rasional, yang memperburuk risiko perilaku bunuh diri.


4. Keputusasaan

Perundungan sering kali melibatkan penghinaan, pelecehan, atau meremehkan kemampuan seseorang secara terus-menerus. Ketika seseorang menjadi korban, terutama di tempat kerja, mereka dapat kehilangan rasa percaya diri dan merasa tidak berharga.


Pada kasus yang ekstrem, korban mulai percaya bahwa ia tidak cukup baik atau bahkan merasa menjadi beban orang lain.


5. Isolasi sosial

Korban perundungan sering kali merasa terisolasi dari rekan kerja atau lingkungan sosial. Ini bisa terjadi karena perasaan malu atau takut membicarakan pengalamannya. Rasa kesepian yang mendalam ini memperburuk kondisi mental dan menambah perasaan tidak diinginkan atau tidak penting, yang dapat meningkatkan risiko depresi.


6. Kurangnya dukungan dan intervensi

Ketika korban perundungan tidak mendapatkan dukungan yang memadai dari teman, keluarga, atau institusi, perasaan terisolasi dan putus asa semakin memburuk. Institusi yang tidak responsif terhadap laporan perundungan juga dapat membuat korban merasa tidak berdaya dan tidak dilindungi, yang memperparah tekanan mental.


Untuk mencegah korban perundungan dari mengambil langkah tragis, seperti bunuh diri, penting untuk memberikan intervensi yang efektif dan dukungan menyeluruh.


**



Apa saja tanda seseorang ingin bunuh diri?





Bunuh diri tidak selalu menunjukkan tanda-tanda peringatan. Kadang, tindakan ini dapat terjadi secara tiba-tiba tanpa indikasi yang jelas bahwa ada masalah serius.


Tanda-tanda umum yang mungkin mengindikasikan seseorang berisiko bunuh diri meliputi:


  • Munculnya pikiran tentang bunuh diri.
  • Membicarakan niat untuk bunuh diri dengan orang lain.
  • Menyembunyikan keinginan untuk bunuh diri dari orang lain.
  • Melakukan persiapan, seperti membuat surat wasiat, menulis catatan, memberikan barang-barang berharga, mengucapkan selamat tinggal, merapikan rumah, atau mencari serta membeli senjata atau zat berbahaya.
  • Melakukan tindakan berisiko atau sembrono tanpa memperhatikan konsekuensinya, termasuk melukai diri sendiri.
  • Menarik diri dari orang-orang terdekat dan lingkungan sosial.
  • Merasa menjadi beban atau terjebak dalam situasi yang seolah-olah tidak ada jalan keluarnya.
  • Mengalami perubahan suasana hati yang drastis, seperti kecemasan, kegelisahan, kemarahan, atau depresi.
  • Mendadak merasa tenang setelah periode perubahan suasana hati.
  • Muncul tanda-tanda depresi yang memburuk, seperti perubahan pola tidur (terlalu banyak atau terlalu sedikit tidur) atau perubahan kebiasaan makan atau kehilangan minat dalam hal-hal yang sebelumnya menyenangkan.

Jika Anda mendapati tanda-tanda tersebut, lakukan hal-hal berikut:


  • Jangan meninggalkannya sendirian. Jika memungkinkan, mintalah bantuan teman atau anggota keluarga lain.
  • Tanyakan perasaannya tanpa menghakimi. Dengarkan dengan baik apa yang ia sampaikan. Memberinya kesempatan untuk terbuka dan berbagi masalah dapat membantu meringankan rasa sakit dan menurunkan keinginannya untuk bunuh diri.
  • Singkirkan benda tajam atau apa pun yang dapat digunakan untuk melukai dirinya sendiri.
  • Jika sudah menjalani perawatan psikiatris, hubungi dokter atau terapis untuk meminta bantuan.
  • Berusahalah membuatnya tenang.

**




Perundungan dapat berdampak negatif pada semua pihak yang terlibat: korban perundungan, orang di sekitarnya bahkan si perundung.


Tindakan tersebut dapat memengaruhi kesehatan fisik dan mental. Akibatnya, korban dan si perundung pun mungkin menghadapi risiko bunuh diri yang lebih tinggi.


Kisah seorang dokter bunuh diri mungkin sulit dipahami. Namun, inilah yang terjadi. Peristiwa seperti ini bisa menimpa siapa saja. Termasuk orang-orang yang kita sayangi. Karena itu, marilah kita tingkatkan kepekaan kita: menyediakan bahu dan telinga untuk berbagi beban dan mendengarkan.


Hindari memberikan stigma atau menghakimi korban. Ia juga memiliki keluarga yang, tentu saja, sangat berduka, karena kehilangan orang yang mereka cintai.


Jangan biarkan rasa putus asa menguasai. Jika Anda atau orang terdekat menunjukkan tanda-tanda risiko bunuh diri, segera cari bantuan. Klinik GWS Medika, klinik kesehatan di Jakarta, menyediakan layanan kesehatan mental yang siap membantu Anda menghadapi masa sulit ini. 


Hubungi kami sekarang untuk mendapatkan dukungan dan perawatan profesional. Anda tidak sendiri— harapan itu masih ada.


ReferensiCleveland Clinic. Diakses pada 2024. Suicide. Hillside. Diakses pada 2024. Bullying and Suicide: Their Connection (And How to Prevent It). Journal of Adolescent Adult. Diakses pada 2024. Bullying and Suicide: A Public Health Approach. Medical News Today. Diakses pada 2024. How can bullying affect people? National Library of Medicine. Diakses pada 2024. Youth Bullying and Suicide: Risk and Protective Factor Profiles for Bullies, Victims, Bully-Victims and the Uninvolved. Tempo.co. Diakses pada 2024. Ini Bukti Perundungan Mahasiswa PPDS Undip Dokter Aulia Risma yang Diserahkan Kemenkes ke Polda Jateng.