Dampak Buruk Narkoba bagi Kulit Anda

oleh Agnes Krisantibullet
Bagikan artikel ini
Ditinjau oleh dr. Bandoro
Dampak Buruk Narkoba bagi Kulit Anda
Dampak Buruk Narkoba bagi Kulit Anda

Sheila Marcia pernah membuat publik geleng-geleng kepala dengan deretan kontroversinya. Salah satunya, penyalahgunaan narkoba. Narkoba membuat paras cantik Sheila tampak kuyu dan tua. Sebebasnya dari jerat narkoba, Sheila seakan terlahir kembali. Dengan wajah berseri-seri, ia mengaku hidupnya kini jauh lebih bahagia.

Bukan tanpa alasan, narkoba (narkotika dan obat-obatan terlarang) dilarang penggunaannya. Selain mengacaukan fungsi tubuh, terutama otak, penyalahgunaan narkoba juga perlahan “mengisap kebahagiaan” pemakainya. Sangat berbahaya.


Narkotika adalah zat alami, sintetis, atau semi sintetis yang menimbulkan efek menurunnya kesadaran, halusinasi, dan daya rangsang. Penyalahgunaannya kerap berujung pada gangguan penggunaan zat. 


Suatu kondisi kesehatan yang melibatkan penggunaan zat secara kompulsif. Singkatnya, kecanduan. Gangguan ini terjadi ketika penggunaan zat sudah mengganggu kehidupan sehari-hari.

Kecanduan (adiksi) berbeda dari ketergantungan (dependensi).


Ketergantungan adalah kondisi di mana tubuh memerlukan zat tertentu agar bisa berfungsi secara normal, biasanya disertai gejala putus zat jika zat tersebut dihentikan.


Kecanduan adalah kondisi di mana penggunaan zat bersifat kompulsif meskipun menyebabkan masalah kesehatan dan sosial. Ketergantungan tidak selalu diawali oleh kecanduan.


Menurut UU tentang Narkotika, berdasarkan risiko ketergantungannya narkotika dibagi tiga golongan. Ganja, opium, dan kokain masuk Golongan I. Morfin dan Alfaprodin masuk Golongan II. Golongan III memiliki risiko ketergantungan yang lebih ringan dari kedua golongan lain.



Efek narkoba pada kulit




Penyalahgunaan narkoba memengaruhi fisik dan mental pemakainya. Organ yang paling terlihat menerima dampak buruk narkoba adalah kulit. Berikut alasannya.


1. Gaya hidup

Pecandu narkoba umumnya memiliki gaya hidup tak sehat. Salah satunya, kurang istirahat. Ini ditengarai oleh kemampuan beberapa jenis zat yang mampu “memaksa” tubuh tetap terjaga.


Mulai semalaman, sampai berhari-hari. Kebiasaan ini menghambat regenerasi kulit. Kecanduan narkoba dalam waktu lama dapat memperlambat penyembuhan luka fisik karena gangguan pada sistem kekebalan tubuh dan sirkulasi darah yang buruk.


2. Kebersihan diri

Pecandu narkoba biasanya terfokus pada apa yang dibutuhkannya, yakni narkoba itu sendiri. Mereka cenderung mengabaikan kebersihan diri, seperti mandi.


Kebiasaan ini membuat kulit rentan infeksi. Konsumsi obatan-obatan cenderung membuat tubuh panas dan berkeringat. Keringat terdiri dari air dan zat buangan tubuh. Jika tidak dibersihkan secara teratur, keringat yang mengandung zat buangan dapat menyumbat pori-pori dan menyebabkan iritasi serta infeksi kulit.


3. Kekurangan nutrisi

Pecandu narkoba cenderung mengabaikan nutrisi. Mereka bahkan enggan makan. Lagi-lagi, mereka mementingkan narkoba. Padahal agar bisa berfungsi optimal, kulit perlu nutrisi, seperti air, mineral, dan vitamin.



Bagaimana zat terlarang merusak kulit




Kondisi kulit sangat dipengaruhi zat yang diserap tubuh. Berikut dampak narkoba terhadap kulit.


Crack Hands

Pecandu narkoba jenis kokain biasanya mengalami nekrosis dan menghitamnya telapak tangan atau crack hands. Lambat laun penggunaan kokain juga dapat meningkatkan kerontokan bulu mata dan alis.


Kokain merupakan stimulan yang menurunkan nafsu makan sehingga memengaruhi nutrisi. Kokain memicu penyempitan pembuluh darah (vasokonstriksi). Membatasi aliran darah ke area tubuh tertentu, termasuk kulit. Karena kekurangan darah dan oksigen, kulit pun sulit menyembuhkan diri secara efisien.


Cara kokain memengaruhi kulit memang tergantung pemakaiannya. Kokain dapat disuntikkan ke pembuluh darah, dihirup, atau diisap. Efek yang diharapkan penggunanya setelah pemakaian adalah perasaan energik dan euforia. 


Namun, sumber menyebutkan, campuran kokain dengan zat lain dapat menyebabkan lesi kulit bahkan pembusukan. Selain kulit, kecanduan kokain dalam waktu lama dapat menyebabkan serangan jantung, gagal napas, stroke, kejang, dan kematian.


Ruam dan gatal kronis

Kondisi kulit ruam mirip campak (ruam morbiliformis) dan gatal kronis di area genital adalah dampak penggunaan opium atau heroin. Dampak lain seperti abses dan nekrosis dapat muncul tergantung pada cara pemakaian heroin, terutama jika disuntikkan secara tidak higienis.


Heroin berasal dari biji bunga poppy (Papaver somniferum) atau opium. Penggunaannya memunculkan euforia dan rasa kantuk, serta mengaburkan pikiran.


Zat ini secara positif dimanfaatkan sebagai penenang dan pereda nyeri, bahkan obat bius. Namun, penggunaan berlebih mengakibatkan kecanduan.


Pecandu heroin berpotensi mengalami infeksi bakteri mematikan. Misalnya, bakteri pemakan-daging. Juga mengalami perubahan warna kulit menjadi ungu kemerahan, yang disebut livedo reticularis.


Perubahan ini sebagai akibat percepatan penuaan sel. Abses bakterial dan nekrosis juga bisa terjadi. Terutama saat heroin disuntikkan ke pembuluh darah.


Penggunaan heroin secara teratur akan meningkatkan toleransi. Karena itu, tak heran jika jumlah yang dikonsumsi pecandu kian bertambah. Penghentian tiba-tiba akan memunculkan efek balik yang menyakitkan.


Penuaan dini

Mengisap sabu (metamfetamin) mendorong penuaan dini pada wajah yang ditandai kerutan. Pecandu sabu biasanya berkulit pucat atau keabu-abuan, bertekstur kering dan kasar, serta mudah berkeringat. Karena sabu menurunkan sistem kekebalan tubuh, pecandu lebih mudah berjerawat dan terinfeksi.


Metamfetamin dan amfetamin, atau yang lebih dikenal sebagai sabu, bisa digunakan melalui suntikan ke pembuluh darah, dihirup, atau dipanaskan dan diisap (ngebong). Efek yang ditimbulkannya adalah kesadaran jangka panjang dan meningkatkan motivasi dalam beraktivitas fisik. 


Menurut penelitian, metamfetamin dalam darah menyebabkan kelainan pada metabolisme lemak sel. Memicu pembentukan molekul proinflamasi, ceramide, yang jika jumlahnya terlalu banyak mempercepat penuaan dan kematian sel.


Meth Sores

Pecandu narkoba juga kerap mengalami sindrom formikasi dan delusi parasitosis. Sindrom formikasi adalah rasa gatal atau geli seolah-olah ada serangga yang merayapi di dalam kulit.


Delusi parasitosis adalah gangguan kejiwaan di mana pengidapnya percaya tubuhnya dipenuhi parasit (tungau atau kutu), serangga, dan sebagainya.


Kedua kondisi itu membuat pecandu sabu merasa harus menggaruk kulitnya. Makin besar dosis yang dipakai, makin kuat kondisi psikologis tersebut sampai kulit pun lecet atau yang disebut “meth sores”.


Dampak jangka panjang penggunaan sabu lainnya, meliputi masalah suasana hati, munculnya perilaku kasar, kecemasan, linglung, insomnia, dan masalah gigi yang parah.


Kulit penting bagi tubuh. Rawat kulit dengan membasuhnya dengan air bersih tiap hari. Pakai tabir surya untuk melindunginya dari sinar matahari.


Minum banyak air untuk menjaganya selalu terhidrasi. Dan yang terpenting, jauhilah penyalahgunaan narkoba.


Jika Anda memiliki pertanyaan terkait kesehatan kulit, kunjungi Klinik GWS Medika, klinik utama di Jakarta, terdekat.


ReferensiAmerican Addiction Center. Diakses pada 2023. Effects of Drug Use and Alcohol on Your Skin. Badan Narkotika Nasional Kota Malang. Diakses pada 2023. Sabu Mempercepat Penuaan Dini pada Penggunanya. BNN. Diakses pada 2023. Pengertian Narkoba dan Bahaya Narkoba bagi Kesehatan. Healthline. Diakses pada 2023. Drug Dependence: Symptoms, Treatment, and Outlook. Healthline. Diakses pada 2023. Substance Use Disorder (Drug Abuse). Wound Source. Diakses pada 2023. Addiction Dermatology: Common Drug Induced Skin Disorders and Substances Cause Them.

Artikel Terkait