Bagaimana Mikroplastik Ancam Hidup Kita

oleh Kristihandaribullet
Bagikan artikel ini
Ditinjau oleh dr. Muthia Trisa Nindita
Bagaimana Mikroplastik Ancam Hidup Kita
Bagaimana Mikroplastik Ancam Hidup Kita

Penelitian yang dipublikasikan Environmental Science and Technology pada 2019 menyebutkan bahwa setiap liter air kemasan mengandung 100 mikropartikel. Jumlah mikroplastik tertinggi yang dikonsumsi manusia.

Plastik dan mikroplastik lekat dengan kehidupan sehari-hari umat manusia. Namun, dampak buruknya makin menjadi persoalan nyata. Persoalan yang kini telah menjadi permasalahan lingkungan global.


Menurut laporan UNEP (United Nations Environment Programme) pada 2021, jumlah produksi plastik pada 2017 mencapai 438 juta ton. Dari jumlah tersebut, hanya 12% dibakar dan 9% didaur ulang. Ke mana sisanya? Berakhir di tempat sampah di lingkungan, termasuk lautan.


Bila tidak segera dilakukan tindakan, plastik yang masuk ke ekosistem perairan akan meningkat hampir tiga kali lipat, dari 11 juta ton pada 2016 menjadi 29 juta pada 2024. Fantastis, bukan?



Apa itu mikroplastik?


Mikroplastik adalah potongan plastik berukuran kecil, kurang dari lima milimeter. Mikroplastik memiliki bahan kimia berbahaya, seperti polychlorinated biphenyls (PCBs), salah satu jenis pencemar organik. Sifatnya persisten, beracun, masuk dan mencemari lingkungan, serta terakumulasi di dalam rantai makanan.


Mikroplastik mudah ditemukan di mana-mana. Produk tekstil. Filter rokok. Microbeads yang menjadi bahan pembuat berbagai produk kesehatan dan kecantikan. Celakanya, sampah kecil mungil ini telah menyebar ke berbagai lingkungan, seperti laut, air tawar, udara, dan tanah.


Riset yang dilakukan UNEP menunjukkan, terus-menerus menggunakan beberapa produk ini meningkatkan akumulasi mikroplastik di lingkungan. Diperkirakan mencapai 3 juta ton per tahun.



Bahaya mikroplastik




Sampah mikroplastik mengancam ekosistem dan kesehatan manusia. Jika tidak ada upaya menguranginya, pada 2050 jumlah sampah plastik akan lebih banyak daripada jumlah ikan.


Berikut dampak sampah mikroplastik bagi kehidupan:


1. Hewan laut

Mikroplastik dapat tertelan ikan dan hewan laut lainnya. Hal ini menyebabkan masalah kesehatan bahkan kematian. Dalam beberapa kasus, mikroplastik menembus jaringan dan menyebabkan kerusakan organ pada hewan laut.


Mikroplastik bisa terakumulasi di saluran pencernaan hewan yang memakan plastik, seperti ikan dan kerang. Mengonsumsinya bisa jadi cukup membahayakan bagi kesehatan.


Karena itu, penting untuk membersihkan perut ikan saat akan memasaknya. Kecuali, pada beberapa ikan berukuran kecil yang harus dikonsumsi utuh, seperti sarden, ikan teri, dan beberapa ikan air tawar, hal tersebut tidak berlaku.


Sejumlah penelitian menemukan bahwa kerang memiliki kandungan mikroplastik tertinggi, yaitu 4 partikel/gram. Artinya, dalam 250 gram kerang ada 1.000 partikel mikroplastik di dalamnya.


2. Kesehatan manusia

Mikroplastik telah ditemukan pada makanan dan minuman, seperti air minum dan garam. Plastic Health Coalition mengemukakan bahwa sampah plastik memengaruhi kesehatan manusia melalui tiga hal, yaitu makanan, minuman, dan udara yang terhirup. 


Bahan kimia di dalamnya dapat memicu reaksi peradangan, stres oksidatif, dan kerusakan jaringan yang dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan seperti kanker, infertilitas, gangguan autoimun, gangguan perkembangan saraf dan infeksi


Pada 2021, UNEP melaporkan dampak serius mikroplastik terhadap kesehatan perempuan. Terutama terkait perubahan genetika pada manusia, perkembangan otak, pernapasan, dan kesehatan lainnya.


3. Lingkungan

Mikroplastik mencemari sumber air, tanah, dan udara, serta merusak ekosistem dan mengganggu keseimbangan alam. Mikroplastik yang terbawa oleh angin berpotensi mengotori udara dan masuk sistem pernapasan manusia.



Berbagai jenis mikroplastik




1. Filter rokok

Puntung rokok menempati urutan terbanyak sampah di pantai. Dalam serat selulosa asetat terdapat mikroplastik. Serat ini merupakan bagian terbesar dari filter rokok.


Setiap tahun, di seluruh dunia, sekitar enam triliun batang rokok dikonsumsi oleh satu miliar perokok. Puntung rokok merupakan sampah plastik yang paling banyak ditemukan di pantai. Rokok melepaskan mikroplastik, logam berat, bahan kimia lain yang berdampak pada kesehatan dan layanan ekosistem.


2. Pakaian dan tekstil

Sekitar 60% bahan pakaian mengandung plastik – termasuk poliester, akrilik, dan nilon. Pakaian dan tekstil dengan bahan ini melepaskan mikroplastik atau serat mikro saat dicuci atau dipakai.


Menurut laporan UNEP tahun 2020 yang memetakan rantai nilai tekstil global, sekitar 9% mikroplastik di lautan berasal dari pakaian dan tekstil lainnya.


Untuk mengurangi polusi mikroplastik, disarankan agar membeli pakaian berbahan alami sehingga mengurangi atau menghilangkan ancaman kebocoran mikroplastik. Meskipun hal itu mungkin menimbulkan konsekuensi lingkungan lainnya.


3. Kosmetik

Kosmetik dan produk perawatan pribadi mengandung mikroplastik primer atau microbeads Berukuran sangat kecil bahkan sulit terlihat.. Bahan ini sengaja dibuat dan ditambahkan untuk memberikan tekstur.


Mulai pembersih tangan dan sabun hingga pasta gigi dan deodoran. Partikel plastik dari produk-produk ini dapat terserap kulit.


Beberapa produk, seperti lipstik atau lip balm bahkan dapat tertelan. Beberapa perawatan kulit untuk pengelupasan juga mengandung lebih dari 10% microbeads. Bahan ini ditambahkan karena kekuatan scrubbing-nya.


Saking kecilnya, microbeads tak dapat disaring dalam pengolahan air limbah. Juga tidak mudah diurai atau bahkan bisa dikatakan tak dapat diurai. 



Seruan bersama




Plastic Soup Foundation telah menggagas kampanye menentang penggunaan microbeads. Kampanye ini digagas karena temuan terhadap 138 merek pembersih tangan, 83% di antaranya mengandung mikroplastik. 


Di Amerika, Illinois menjadi negara bagian pertama yang memberlakukan undang-undang yang melarang pembuatan dan penjualan produk yang mengandung microbeads. Larangan ini berlaku sejak 2018 dan 2019.


Menurut laporan Global Chemicals Outlook II UNEP, sejumlah besar mikroplastik dari kosmetik dan sumber lain masuk ke saluran pembuangan air di daerah dengan fasilitas pengolahan air limbah tidak memadai. Hingga limbah itu sampai di lautan dan menimbulkan pencemaran.


Karena itu, disarankan untuk memeriksa daftar bahan kandungan sebelum membeli produk. Hal ini dapat membatasi potensi paparan mikroplastik. 


Tahukah Anda, negara penyumbang sampah terbesar di lautan bukanlah negara yang banyak menggunakan plastik, melainkan negara-negara dengan garis pantai lebih panjang, curah hujan tinggi, dan sistem pengelolaan limbah yang buruk?


Negara-negara ini membuang sampah ke laut. Berdasarkan penelitian Meijer, dkk pada 2021, Indonesia menempati posisi kelima negara penyumbang sampah plastik ke laut terbanyak di dunia.


Belanda, Austria, Luksemburg, Belgia, dan Swedia telah mengeluarkan seruan bersama untuk melarang penggunaan mikroplastik dalam produk perawatan pribadi. Tindakan tersebut bertujuan melindungi ekosistem laut – dan hewan laut, seperti kerang – dari kontaminasi.


Pernyataan bersama yang diteruskan ke-28 menteri lingkungan Uni Eropa menyatakan penghapusan mikroplastik dalam produk kosmetik dan deterjen.


Seperti plastik, mikroplastik sulit terurai. Butuh waktu ratusan atau bahkan ribuan tahun agar benar-benar terurai.


Karena itu, mari kita kurangi sampah mikroplastik. Salah satu caranya, gantikan barang-barang yang mengandung mikroplastik dengan bahan-bahan yang lebih ramah lingkungan.


Jika merasakan gejala-gejala keracunan akibat tanpa sengaja mengonsumsi mikroplastik, klik WhatsApp atau kunjungi Klinik GWS Medika, klinik kesehatan di Jakarta.

ReferensiClient Earth. Diakses pada 2023. What Are Microplastics and Why Are They a Problem? National Geographic. Diakses pada 2023. Microplastics Are in Our Bodies. How Much Do They Harm Us? National Ocean Service. Diakses pada 2023. What Are Microplastics? UNEP. Diakses pada 2023. Plastics in Cosmetics. UNEP. Diakses pada 2023. Inside The Clean Seas Campaign Against Microplastics.