Mengapa Perempuan Lebih Mudah Alami Osteoporosis?

by Kristihandaribullet
Share this article
Reviewed by dr. Zamzam & Puspa W. Cahyono
Mengapa Perempuan Lebih Mudah Alami Osteoporosis?
Mengapa Perempuan Lebih Mudah Alami Osteoporosis?

Tahukah Anda, tubuh manusia ditopang oleh 206 tulang yang memastikan fungsi mekanisme tubuh berjalan baik? Kepadatan dan kekuatan tulang meningkat hingga akhir usia 20-an dan menurun secara bertahap mulai usia 35 tahun. Penurunan kepadatan tulang ini mengakibatkan osteoporosis.

Penganut sedenter sebaiknya segera mengubah gaya hidup. Jika ingin bisa bebas bergerak tanpa bantuan orang lain hingga usia tua, jangan malas bergerak.


Mulailah lakukan berbagai aktivitas fisik sederhana, seperti berjalan kaki, lari, joging atau berenang. Aktivitas ini membantu memperkuat tulang. Untuk memastikan tulang Anda tetap kuat, konsumsi makanan kaya kalsium. 


Osteoporosis atau sering disebut pengeroposan tulang merupakan kondisi di mana tulang menjadi lebih tipis, lemah, dan rapuh. Menurut International Osteoporosis Foundation, di seluruh dunia, sekitar 21,2% perempuan berusia lebih dari 50 tahun mengalaminya, bersamaan dengan masa menopause mereka.


Sementara itu, jumlah laki-laki yang mengalami osteoporosis lebih sedikit dibanding perempuan. Hanya sekitar 6,3% pada kelompok usia yang sama. Dalam lima tahun setelah menopause, rata-rata perempuan kehilangan sekitar 10% massa tulangnya.


Osteoporosis sering kali tidak bergejala sampai seseorang merasakan kelemahan pada tulang pinggul, pergelangan tangan, atau tulang lain. Bahkan, beberapa orang mengalami patah tulang akibat penyakit ini. 


Penyebabnya adalah pembentukan massa tulang yang kurang optimal pada masa pertumbuhan dan penurunan kepadatan mineral pada tulang karena menopause.


Jika tidak segera mendapat penanganan, gejala tersebut dapat memburuk, dan memicu munculnya gejala-gejala berikutnya, seperti


  • Nyeri punggung akibat adanya tulang yang patah.
  • Postur tubuh bungkuk. Inilah yang menyebabkan penurunan tinggi badan karena terjadinya fraktur kompresi di tulang belakang.
  • Patah tulang. Merupakan tanda kerapuhan tulang yang paling umum. Terkadang patah tulang terjadi akibat kejadian sepele, seperti terjatuh atau terpeleset. 


Bagaimana saya tahu mengidap osteoporosis?


Bila Anda seorang perempuan berusia lebih dari 65 tahun dan pernah mengalami patah tulang, sebaiknya lakukan tes kesehatan tulang dan osteoporosis. Tes yang umumnya dilakukan adalah tes kepadatan mineral tulang (BMD), atau pengukuran tulang.


Tes ini menggunakan radiasi sinar-X dalam jumlah sangat kecil untuk menentukan kekuatan tulang.



Siapa saja yang berpotensi osteoporosis?


Berikut faktor risiko osteoporosis.


  • Jenis kelamin. Perempuan lebih berisiko osteoporosis ketimbang laki-laki.
     
  • Usia. Semakin tua usia, semakin besar risiko mengalami osteoporosis.

  • Riwayat keluarga. Bila orang tua atau saudara kandung mengalami osteoporosis, kemungkinan besar Anda juga berisiko. Terutama bila ayah atau ibu kandung mengalami patah tulang pinggul.

  • Struktur tulang dan berat badan. Orang yang memiliki kerangka tubuh kecil berisiko lebih tinggi mengalami osteoporosis.
     
  • Penggunaan obat-obatan tertentu. Penggunaan steroid jangka panjang (seperti prednison) berpotensi meningkatkan risiko terkena osteoporosis.
     
  • Beberapa kondisi medis, seperti stroke dan kanker meningkatkan risiko terkena osteoporosis.


Dapatkah osteoporosis dicegah?


Penting mengambil tindakan untuk mencegah pengeroposan tulang dan menjaga kepadatan tulang. Beberapa hal yang dapat dilakukan, antara lain:


1. Berolahraga

Berolahraga teratur dapat mengurangi risiko osteoporosis. Cobalah berolahraga beberapa kali dalam seminggu selama 30—40 menit. Latihan menahan beban dan latihan ketahanan merupakan jenis aktivitas yang sangat baik untuk menjaga kepadatan tulang.





Selain mengurangi pengeroposan tulang, berolahraga dapat meningkatkan kekuatan otot, keseimbangan dan kebugaran, serta mengurangi kejadian jatuh dan patah tulang.


Hindari olahraga yang berdampak tinggi atau membutuhkan gerakan tiba-tiba karena dapat meningkatkan risiko cedera. Sebaliknya, olahraga menahan beban, seperti berjalan cepat atau tai chi bermanfaat untuk meningkatkan massa tulang.


Sementara, olahraga angkat beban, dapat membantu membangun massa otot dan memberikan beban pada tulang yang terlibat. Sebelum melakukannya, konsultasikan terlebih dahulu aktivitas yang sesuai dengan kondisi tubuh Anda.



2. Mengonsumsi makanan tinggi kalsium

Makanan kaya kalsium dapat ditemukan pada produk susu rendah lemak, ikan sarden kalengan dan salmon (dengan tulang), brokoli, kacang-kacangan atau polong-polongan, sayuran hijau, dan makanan, seperti roti, sereal, dan susu almon.





Kebutuhan harian kalsium pada tiap orang bervariasi. Laki-laki dan perempuan berusia 18—50 tahun membutuhkan 1.000 miligram. Bertambah menjadi 1.200 miligram pada usia 50 tahun pada perempuan dan 70 tahun pada laki-laki.


3. Mengonsumsi vitamin D

Vitamin D sangat penting untuk membantu tubuh menyerap kalsium. Setiap orang rata-rata membutuhkan 400 IU vitamin D setiap hari. Tuhan telah menyediakan vitamin D berlimpah yang dapat dinikmati secara gratis oleh manusia.





4. Hindari merokok dan mengonsumsi kafein

Mengonsumsi kafein sekitar 400 mg sehari atau kurang mungkin tidak akan menyebabkan osteoporosis. Namun, menurut studi yang dilakukan University of South Australia pada 2022, mengonsumsi kafein sebanyak 800 mg atau lebih selama sembilan jam dapat meningkatkan risiko pengeroposan tulang dan masalah kesehatan lainnya.




Kafein diduga mengganggu tubuh menyerap kalsium dari makanan dan meningkatkan jumlah kalsium yang dihilangkan ginjal.


Untuk mengurangi risiko osteoporosis, Anda dapat mengurangi konsumsi kafein, menambah asupan kalsium, lebih banyak berolahraga, berhenti merokok, dan mengurangi minum alkohol.



Terapi obat


Osteoporosis dapat dicegah dan diobati dengan obat-obatan berikut:


  • Bifosfonat. Obat ini berfungsi memperlambat pengeroposan tulang dan mengurangi risiko patah tulang.

  • Raloxifene. Obat ini tergolong selective oestrogen receptor modulators (SERMs). Memberikan efek yang sama dengan hormon estrogen. Bermanfaat mengurangi risiko patah tulang belakang pada wanita setelah menopause.

  • Teriparatide (Forteo). Diberikan untuk orang yang mengalami osteoporosis parah dan tidak merespons dengan baik jenis obat-obatan lain.

    Namun, perlu diingat, teriparatide hanya dapat dikonsumsi selama 18 bulan. Setelah periode tersebut, dokter akan kembali menilai kekuatan tulang dan meresepkan obat lain jika diperlukan.

  • Denosumab. Digunakan oleh orang yang tidak dapat menolerir bifosfonat. Denosumab diberikan melalui injeksi. Obat ini dinilai lebih efektif meningkatkan kepadatan tulang dan mengurangi risiko patah tulang.
     
  • Terapi penggantian hormon. Terapi hormon dapat memperlambat pengeroposan tulang hingga mengurangi risiko patah tulang bahkan mencegah osteoporosis.

    Terapi ini dapat dilakukan perempuan berusia di bawah 60 tahun yang memiliki risiko osteoporosis, tetapi tidak bisa mengonsumsi obat jenis lain.
ReferenceBetterhealth. Diakses pada 2023. Menopause and Osteoporosis. NHS. Diakses pada 2023. Osteoporosis. Healthline. Diakses pada 2023. Osteoporosis Symptoms: Early and Last Stages. Medical News Today. Diakses pada 2023. Living with Osteoporosis. Mayo Clinic. Diakses pada 2023. Osteoporosis - Symptoms and Causes. Verywell Health. Diakses pada 2023. The Link Between Caffeine and Osteoporosis.