Cedera Lutut dan Bagaimana Mengatasinya

by dr. Sekar Cesaruni bullet
Share this article
Reviewed by Kristihandari
Cedera Lutut dan Bagaimana Mengatasinya
Cedera Lutut dan Bagaimana Mengatasinya

Tiger Woods! Seorang pegolf profesional resmi masuk dalam jajaran miliarder versi majalah Forbes. Sebelumnya, ada nama LeBron James yang meraih gelar tersebut.

Namun, tahukah Anda bahwa kesuksesan datang dengan kerja keras, dan ... pengorbanan?


Di balik kesuksesannya, Woods telah mengalami banyak cedera. Pertama kalinya, ia mengalami cedera lutut, dan pada 2002, menjalani operasi untuk mengeluarkan cairan dari anterior cruciate ligament (ACL) lutut kirinya. 


Pada April 2008, ia menjalani operasi artroskopi untuk memperbaiki kerusakan tulang rawan pada lutut kirinya. Setelah cedera itu, ie kembali mengalami fraktur stres pada tibia kirinya hingga harus menjalani operasi rekonstruksi pada ACL pada Juni di tahun yang sama.


"Awalnya, lutut saya yang bermasalah. Setelah itu bagian achilles," katanya kepada wartawan pada 2011. Ketika itu, medial collateral ligament (MCL) lutut kirinya terkilir dan ia mengalami ketegangan pada tendon achilles kiri.


Meskipun telah melakukan berbagai terapi, cedera dapat muncul kembali setelah jangka waktu tertentu. Di sisi lain, mencegah cedera merupakan investasi.


Menurut The British Journal of Sports Medicine, 41% cedera olahraga adalah cedera lutut. Namun lagi-lagi, bahkan bukan bagi seorang atlet, nyeri lutut berada di urutan kedua setelah nyeri punggung.


Nyeri lutut menyebabkan seseorang kehilangan produktivitas, menjadi cacat dan bahkan mengeluhkan mahalnya terapi dan peralatan medis.


Ada bermacam penyebab terjadinya nyeri lutut. Misalnya, cedera, masalah mekanis, radang sendi lutut karena obesitas, gaya hidup sedenter, hingga trauma akibat gerakan berulang.



Jenis nyeri lutut



Sumber: https://www.drmuriloleie.com.au/knee-anatomy
Sumber: https://www.drmuriloleie.com.au/knee-anatomy

Lutut memiliki empat struktur utama, yaitu tulang, tulang rawan (termasuk artikular dan meniskus), ligamen (kolateral dan cruciate), dan tendon. Cedera dapat melibatkan atau tidak melibatkan lebih dari satu struktur lutut. Cedera lutut meliputi:


1. Keseleo dan tegang

Tegang dapat terjadi ketika otot atau tendon (tali fibrosa yang menghubungkan otot ke tulang) robek atau teregang.


Tegang juga dapat terjadi ketika ligamen (jaringan fibrosa fleksibel yang menghubungkan dua tulang dan memberikan stabilitas pada sendi) sendi lutut meregang atau robek. Cedera ini biasanya disebabkan oleh penggunaan berlebihan, trauma, atau cedera berulang.


2. Robeknya jaringan lunak (ligamen, meniskus, dsb.)


  • Cedera anterior cruciate ligament (ACL) sering terjadi ketika kaki melakukan perubahan gerakan secara tiba-tiba. Misalnya, pada orang yang melakukan olahraga berputar atau olahraga yang menyebabkan perubahan arah tiba-tiba atau pendaratan yang salah dari lompatan, seperti sepak bola dan basket.

  • Cedera posterior cruciate ligament (PCL) terjadi ketika lutut tertekuk karena benturan yang kuat (trauma), seperti saat mengalami kecelakaan mobil atau jatuh dengan keras pada lutut yang tertekuk atau mendarat dengan posisi yang salah setelah melompat.

  • Medial collateral ligament (MCL) merupakan peregangan atau robeknya ligamen karena tekanan pada bagian dalam lutut. Ketika nyeri terasa di bagian luar, ini disebut lateral collateral ligament (LCL) karena gaya mendorong lutut ke luar.

  • Robekan meniskus sering terjadi selama berolahraga. Robekan pada meniskus dapat terjadi saat memutar, memotong, berputar, dan menjegal. Hal ini juga dapat disebabkan oleh radang sendi atau penuaan.

  • Robeknya tendon yang menghubungkan otot dan sendi. Cedera dapat terjadi secara tiba-tiba jika seseorang mengalami ketegangan tendon atau trauma.

    Hal ini juga dapat disebabkan oleh peradangan jangka panjang, seperti tendonitis. Secara anatomi, robeknya tendon patella dan/atau quadriceps (otot di paha) depan dapat terjadi di dekat tempurung lutut.

3. Fraktur

Tulang yang patah di dekat lutut umumnya terjadi pada patela. Femur dan tibia yang bertemu dengan lutut juga dapat mengakibatkan fraktur saat terjadi trauma hebat atau tabrakan. Cedera ini paling sering terjadi pada kecelakaan kendaraan.


4. Dislokasi

Hal ini terjadi saat lutut tidak pada tempatnya, baik seluruhnya maupun sebagian. Dalam kondisi normal, hal ini disebabkan oleh trauma, seperti jatuh, tabrakan, kendaraan, atau olahraga. Orang yang memiliki anatomi yang tidak normal memiliki peluang lebih tinggi mengalami dislokasi.


5. Lainnya

Nyeri lutut juga dapat terjadi karena usia. Misalnya, radang sendi (osteoartritis, artritis reumatoid), tendonitis, bursitis, cedera lama.


Nyeri lutut juga dapat terjadi karena kelebihan berat badan atau diketahui sebagai weight bearing pain. Dalam beberapa kasus yang jarang terjadi, infeksi dapat terjadi.



Apa yang perlu diwaspadai?


  • Nyeri
  • Bengkak dan kaku.
  • Kemerahan dan panas saat disentuh.
  • Kelemahan atau ketidakstabilan atau imobilisasi lutut/pincang
  • Mendengar bunyi letupan atau membungkuk (crepitus) dan merasakannya.
  • Ketidakmampuan untuk meluruskan lutut.

Apa yang harus dilakukan saat cedera terjadi?




Dokter perlu mendiagnosis berdasarkan riwayat medis, pemeriksaan fisik, dan tes lutut lanjutan, seperti X-ray, MRI, CT scan, artroskopi, dan pemindaian tulang lainnya untuk menentukan apakah dapat dilakukan perawatan atau tidak.


Jika tidak perlu operasi, ingatlah RICE untuk pemulihan yang cepat.


R: Istirahat. Hindari membebani lutut yang nyeri. Nyeri adalah sinyal tubuh untuk beristirahat. Jadi, jangan mencoba filosofi “no pain, no gain,” atau "tidak nyeri, tidak ada hasil" karena dapat memperparah cedera.


I: Es. Gunakan kompres dingin selama 20 menit beberapa kali sehari. Jangan menempelkan es langsung ke kulit, tetapi gunakanlah ice pack atau kantong es. Pada peradangan akut, lakukan kompres es selama dua hingga tiga hari.


C: Kompresi. Balut area cedera dengan perban lembut atau perban medis elastis untuk mencegah pembengkakan. Balutan harus nyaman dan ketat namun tidak terlalu kencang sehingga dapat mengganggu aliran darah. Periksa apakah ada sensasi dingin, geli, atau mati rasa karena mungkin merupakan peringatan untuk melonggarkan perban.


E: Elevasi. Untuk mengurangi pembengkakan, posisikan cedera lebih tinggi dari jantung saat beristirahat/tiduran. Hal ini dapat mengurangi rasa sakit, denyutan, dan pembengkakan.



Cara mencegah cedera




1. Mengatur berat badan sehat

Menurunkan berat badan berperan besar dalam mengurangi kerusakan lutut.


2. Hindari olahraga berdampak tinggi

Meskipun tidak ada cara lain, jangan lupa melakukan peregangan sebelum dan sesudah latihan, pemanasan, dan pendinginan.


3. Gerakkan lutut agar tidak diam dalam waktu lama

Olahraga membantu melenturkan lutut. Namun, jangan memaksakannya. Misalnya, mengangkat benda sangat berat atau naik turun tangga sehingga lutut bekerja lebih keras daripada biasanya. Temukan keseimbangan tubuh dan dengarkan tubuh saat berteriak kesakitan.


4. Gunakan alas kaki yang tepat untuk mengurangi risiko cedera


5. Mengonsumsi makanan sehat

Menurut WHO, pola makan sehat per asupan energi untuk orang dewasa terdiri dari 400 g buah dan sayuran, <30% lemak, <10% gula, <5 g garam per hari, 40-70% karbohidrat per hari. Namun, jika terlalu rumit, ada banyak kalkulator nutrisi yang tersedia daring untuk membantu.


Makanan yang harus dikonsumsi untuk persendian yang sehat, seperti biji-bijian dan kacang-kacangan, ikan air dingin, buah-buahan (bluberi, nanas, tomat), minyak zaitun, dan biji-bijian utuh.


Sementara, makanan yang harus dihindari adalah makanan olahan, makanan yang digoreng, minyak tinggi asam lemak omega-6 atau lemak jenuh, gula, dan karbohidrat olahan.


**


Jika Anda mengalami nyeri lutut, kunjungi Klinik GWS Medika, klinik kesehatan, untuk mendapatkan diagnosis dan perawatan.


Anda juga dapat melakukan latihan beban. Sebuah penelitian yang dipublikasikan daring oleh Arthritis & Rheumatology dan dilakukan terhadap 2.607 orang (usia rata-rata 64 tahun, 44% adalah laki-laki) tanpa radang sendi menemukan bahwa “tingkat osteoartritis dan nyeri pada lutut mereka yang melakukan latihan beban 20% lebih rendah dibandingkan mereka yang tidak pernah mencobanya.”


Jadi, latihan beban mungkin bukan ide buruk untuk investasi kesehatan di masa depan, bukan?


ReferenceBritish Journal of Sports Medicine. Diakses pada 2024. Injuries around the knee – Symposium. Harvard Health Publishing. Diakses pada 2024. Strength training tied to a smaller risk of knee osteoarthritis and pain later in life. Hopkins Medicine. Diakses pada 2024. Knee Pain and Problems. Hopkins Medicine. Diakses pada 2024. Ligament Injuries to The Knee. Mayo Clinic. Diakses pada 2024. Knee Pain. MUSC Health. Diakses pada 2024. Knee Pain – A Common Problem as We Age. Orthoinfo. Diakses pada 2024. Common Knee Injuries. Orthoinfo. Diakses pada 2024. Collateral Ligament Injuries. PubMed. Diakses pada 2024. Knee osteoarthritis prevalence, risk factors, pathogenesis and features: Part I. PubMed. Diakses pada 2024. Knee problems are common in young adults and associated with physical activity and not obesity: the findings of a cross-sectional survey in a university cohort. PubMed. Diakses pada 2024. Consensus Guidelines on Interventional Therapies for Knee Pain (STEP Guidelines) from the American Society of Pain and Neuroscience. The Nutrition Source. Diakses pada 2024. WHO releases updated guidelines on defining healthy diets. WHO. Diakses pada 2024. Healthy Diet. WHO. Diakses pada 2024. Guidelines on Facts and Carbohydrates.