Mengungkap Penyakit Parkinson: Dari Gemetar Menjadi Kekakuan
Terbayangkah Anda saat hendak mengambil gelas di ujung meja, tangan gemetar hebat? Anda tak bisa menghentikannya hanya dengan kekuatan pikiran. Alih-alih membaik, tubuh justru makin kaku. Yah, inilah yang banyak dialami manula. Inilah Parkinson atau juga disebut buyutan.
Parkinson adalah gangguan progresif yang mempengaruhi sistem saraf dan bagian-bagian tubuh yang dikontrolnya. Penyakit ini diawali dari hal sesederhana gemetar (tremor) yang bukan merupakan respons tubuh akibat suhu dingin, penyakit, atau efek samping obat-obatan.
Pada tahap awal, penderita hanya bisa menunjukkan sedikit ekspresi di wajahnya. Penderita mungkin mengalami sedikit atau tidak ada gerakan ayunan lengan saat berjalan.
Kata-katanya seperti diseret sehingga terdengar kurang jelas ketika berbicara. Seiring waktu, gejala kian parah karena fungsi saraf kian menurun.
Meski tak dapat disembuhkan secara total, bukan berarti Parkinson tidak bisa diusahakan agar membaik. Jika Anda memeriksakannya, dokter kemungkinan akan merekomendasikan pengobatan yang dapat mengendalikan gejala.
Penyebab dan faktor risiko
Penyebab pasti penyakit ini belum diketahui, tetapi faktor risiko yang jelas termasuk usia, genetika, dan paparan lingkungan tertentu. Namun, faktor risiko yang paling berperan adalah usia.
Mayoritas penyakit berkembang pada orang yang telah berusia lebih dari 60 tahun. Namun, gejala-gejala dapat mulai muncul sebelum usia 50 tahun.
Parkinson paling terlihat ketika sel-sel saraf (neuron) di basal ganglia—area otak yang mengontrol gerak—menjadi rusak dan/atau mati.
Neuron yang rusak biasanya menghasilkan lebih sedikit dopamin, yang menyebabkan gejala motorik yang terkait dengan penyakit Parkinson.. Sebab dari rusak dan/atau matinya neuron belum diketahui. Inilah yang juga membuat penyebab Parkinson tidak diketahui.
Gejala awal kerap kali diwariskan. Beberapa gejala bahkan diduga berkaitan dengan perubahan spesifik pada gen tertentu. Namun ini jarang terjadi, kecuali dalam keluarga yang anggota keluarganya memiliki penyakit ini.
Variasi gen tertentu diduga mampu meningkatkan risiko meski tidak signifikan.
Paparan herbisida dan pestisida tertentu juga telah dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit Parkinson.
Faktor risiko Parkinson, meliputi:
- Usia. Parkinson jarang dialami para dewasa muda. Biasanya, gejala awal dimulai di pertengahan atau lanjut usia, dan makin meningkat seiring waktu. Jika gejala penyakit muncul pada orang muda, konseling genetik bisa dilakukan untuk mengidentifikasi dan menentukan langkah selanjutnya.
Pekerjaan, kondisi sosial, dan efek samping pengobatan juga perlu dipertimbangkan apakah akan memperparah gejala. - Hereditas. Seperti telah dibahas, gejala Parkinson kemungkinan muncul pada keturunan biologis. Namun, risiko ini terhitung kecil.
- Jenis kelamin. Pria diketahui lebih banyak mengidap Parkinson daripada wanita.
- Paparan toksin. Paparan herbisida dan pestisida secara terus menerus meningkatkan risiko penyakit.
Tanda dan gejala
Gejala Parkinson bisa berbeda bagi tiap orang. Gejala awal sangat mungkin tidak disadari karena, perlu dicatat, gemetar juga merupakan respons tubuh yang penyebabnya bervariasi.
Gejala dapat dimulai di satu sisi tubuh. Biasanya, makin parah pada sisi tersebut. Baru kemudian, memengaruhi anggota gerak di kedua sisi tubuh.
Berikut gejala-gejala yang umum terjadi.
- Tremor. Getaran ritmis atau tremor biasanya dimulai dari alat gerak, sering kali tangan atau jari, saat otot beristirahat. Tremor ini biasanya mereda ketika Anda melakukan suatu pekerjaan.
- Bradikinesia. Gejala ini dimiliki semua pengidap Parkinson. Terlihat seperti lemah otot, bradikinesia sebenarnya lebih merupakan permasalahan kontrol otot. Sel saraf tidak mampu mengontrol otot dengan benar dan gesit sehingga pergerakan tubuh lambat.
- Kaku otot. Kekakuan merupakan gejala umum Parkinson yang bisa dibedakan menjadi dua: pipa timbal dan roda gigi. Kekakuan pipa timbal adalah kekakuan otot yang konstan dan tahanan terhadap gerakan pasif.
Kekakuan roda gigi adalah kekakuan yang disertai dengan getaran kecil atau hentakan saat otot digerakkan pasif. Kekakuan ini menimbulkan gerakan yang tersentak-sentak, berhenti-bergerak, seperti jarum detik pada jam mekanis. - Postur bungkuk. Melambatnya gerakan dan kekakuan otot menimbulkan keburukan lain, yaitu postur bungkuk. Postur ini terjadi ketika penyakit makin parah. Akibatnya, langkah kaki pendek, terseok-seok, dan hanya bisa melakukan sedikit gerakan lengan.
Gejala motorik lain yang mungkin muncul karena menurunnya kontrol otot adalah
- Jarang berkedip.
- Melembutnya suara saat bicara atau hipofonia.
- Sering meneteskan air liur atau ngiler.
- Kehilangan ekspresi wajah atau hipomimia.
- Perubahan cara menulis atau mikrografia.
- Kesulitan menelan atau disfagia.
Selain gejala motorik, Parkinson juga berpotensi memunculkan gejala sistem saraf otonomik, seperti tekanan darah rendah (hipotensi), konstipasi dan masalah pencernaan, mengompol, dan disfungsi seksual.
Selain itu, dapat juga membuat seseorang mengalami depresi, kehilangan penciuman atau anosmia, dan mengalami berbagai gangguan tidur. Terkait demensia, Parkinson juga menyebabkan kesulitan berpikir dan fokus.
Mengukur Parkinson
Penyakit Parkinson membutuhkan bertahun-tahun untuk menunjukkan dampak yang parah. Kini, Movement Disorder Society-Unified Parkinson’s Disease Rating Scale (MDS-UPDRS) digunakan untuk mengukur tingkat keparahan penyakit dan dampaknya pada pasien. Berikut bagian-bagiannya.
1. Aspek nonmotorik dari pengalaman hidup sehari-hari
Bagian ini membahas gejala, seperti demensia, depresi, kecemasan, dan masalah terkait kemampuan atau kesehatan mental lainnya. Selain itu, pertanyaan terkait rasa sakit, sembelit, masalah urinasi, kelelahan, dan sebagainya juga akan dibahas.
2. Aspek motorik dari pengalaman sehari-hari
Bagian ini mencakup efek yang ditimbulkan tubuh dari tugas-tugas terkait gerak yang diberikan. Termasuk di dalamnya kemampuan bicara, makan, mengunyah dan menelan, berpakaian dan mandi jika memiliki tremor.
3. Uji motorik (kemampuan gerak)
Bagian ini digunakan untuk menentukan efek gerakan-gerakan yang ditimbulkan penderita Parkinson. Kriteria pengukurannya meliputi cara berbicara, ekspresi wajah, kekakuan, gaya dan kecepatan berjalan, keseimbangan, kecepatan gerakan, tremor, dan lain-lain.
4. Komplikasi motorik
Bagian ini akan menentukan seberapa besar dampak gejala Parkinson dalam kehidupan pasien. Bagian yang diamati adalah berapa lama gejala terjadi per harinya, apakah memengaruhi cara pasien menghabiskan waktu, dan sebagainya.
Cara mencegah
Hingga kini, belum ada cara pasti untuk mencegah Parkinson. Namun, beberapa penelitian menunjukkan bahwa aktivitas fisik, seperti senam aerobik, yang dilakukan secara teratur berpotensi menurunkan risiko.
Melalui penelitian juga diketahui bahwa orang yang rajin mengonsumsi kafein—dalam kopi dan teh—lebih jarang mengalami Parkinson. Begitu pula orang yang rajin minum teh hijau. Namun, belum diketahui hubungan di antara keduanya.
Jika Anda memiliki pertanyaan terkait penyakit Parkinson, klik WhatsApp.