Leptospirosis: Penyakit Berbahaya yang Mengintai Setelah Banjir & Cara Mencegahnya
Musim hujan sering kali membawa risiko lebih dari sekadar genangan air dan kemacetan. Salah satu ancaman kesehatan yang perlu diwaspadai adalah leptospirosis, penyakit bakteri yang dapat menyebar melalui air banjir yang terkontaminasi.
Penyakit setelah banjir ini sering disebut "demam banjir" atau flood fever, serta dapat menyerang siapa saja yang bersentuhan dengan air atau tanah yang tercemar.
Apa itu leptospirosis?
Leptospirosis adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Leptospira. Penyakit ini termasuk penyakit zoonosis, artinya dapat ditularkan dari hewan ke manusia. Hewan yang sering menjadi pembawa bakteri ini adalah tikus, anjing, sapi, dan hewan ternak lainnya.
Penyebaran leptospirosis terjadi ketika seseorang kontak langsung dengan urine hewan atau dengan air, lumpur, atau tanah yang telah tercemar urine hewan yang terinfeksi.
Risiko terhadap paparan ini meningkat pada pekerja, terutama yang tidak menggunakan alat pelindung diri, serta melakukan aktivitas di sawah, mengumpulkan kayu di hutan, dan membersihkan sampah.
Bakteri Leptospira dapat bertahan hidup selama berbulan-bulan di lingkungan lembap, terutama di daerah dengan sanitasi buruk.
Bagaimana leptospirosis menular?
Penularan leptospirosis dapat terjadi melalui:
- Kontak langsung dengan air atau tanah yang terkontaminasi urine hewan terinfeksi.
- Luka terbuka atau selaput lendir (mata, hidung, atau mulut) yang bersentuhan dengan air yang terkontaminasi.
- Konsumsi makanan atau minuman yang terpapar bakteri Leptospira.
- Penularan melalui plasenta oleh ibu hamil yang terinfeksi. Apabila terinfeksi saat usia kehamilan trimester pertama dan kedua, dapat menyebabkan keguguran. Jika terinfeksi selama trimester ketiga, kehamilan dapat mengakibatkan lahir mati atau kematian intrauterin.
Setelah banjir, risiko penularan meningkat karena air yang bercampur dengan urine hewan dapat mencemari sumber air, seperti sungai, sumur, dan bahkan air keran.
Hal ini menjadikan leptospirosis lebih umum terjadi di daerah tropis dan subtropis dengan curah hujan tinggi.
Gejala leptospirosis
Gejala leptospirosis sering kali menyerupai flu atau infeksi virus lainnya, sehingga sulit dikenali sejak dini.
Berikut beberapa gejala yang perlu diwaspadai:
- demam tinggi;
- sakit kepala;
- menggigil;
- nyeri otot, terutama di betis dan punggung;
- mual dan muntah;
- mata merah;
- kulit dan mata menguning (jika sudah memengaruhi hati);
- sakit perut dan diare;
- ruam kulit.
Masa inkubasi leptospirosis berkisar antara 2 hingga 30 hari, dengan rata-rata 5–14 hari setelah terpapar.
Penyakit ini bisa berkembang dalam dua fase:
1. Fase leptospiremia (awal)
Ditandai demam tinggi, nyeri otot, sakit kepala, dan mual. Fase ini berlangsung antara tiga hingga sepuluh hari. Pada fase ini, bakteri berada dalam aliran darah dan bergerak ke organ-organ tubuh.
2. Fase imun (lanjutan)
Bakteri mulai menyerang organ tubuh, seperti ginjal, hati, dan otak, menyebabkan komplikasi serius, seperti meningitis, gagal ginjal, atau sindrom Weil yang bisa berakibat fatal.
Sindrom Weil adalah infeksi bakteri leptospira yang parah, dan manifestasinya meliputi demam, gagal ginjal, penyakit kuning, pendarahan, gangguan pernapasan, juga dapat melibatkan jantung, sistem saraf pusat, dan otot.
Penyakit ini biasanya parah dan dapat berlangsung selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan jika pasien bertahan hidup.
Bahaya leptospirosis jika tidak diobati
Jika tidak segera ditangani, leptospirosis dapat menyebabkan komplikasi berat, seperti gagal ginjal akut, kerusakan hati, meningitis (radang selaput otak), perdarahan paru-paru yang fatal.
Secara global, leptospirosis menyebabkan sekitar 1 juta kasus per tahun, dengan angka kematian mencapai 60.000 jiwa.
Cara mencegah leptospirosis
Mencegah leptospirosis lebih mudah dibanding mengobatinya. Beberapa langkah pencegahan yang bisa dilakukan adalah:
- Menyimpan makanan dalam wadah tertutup agar tidak terkontaminasi tikus.
- Mencuci tangan dengan sabun setelah bekerja di area yang berpotensi tercemar.
- Menjaga kebersihan lingkungan dan mengurangi populasi tikus dengan menutup tempat sampah rapat-rapat.
- Menutup luka dengan plester atau perban kedap air sebelum beraktivitas di air.
- Mengenakan alas kaki dan sarung tangan saat beraktivitas di area basah atau berlumpur.
- Menghindari genangan air banjir jika tidak diperlukan.
Kapan harus ke dokter?
Jika Anda mengalami gejala seperti demam tinggi, nyeri otot, atau mata merah setelah terpapar air banjir, segera periksakan diri ke dokter.
Pengobatan dengan antibiotik, seperti doksisiklin atau penisilin dapat membantu mencegah komplikasi jika diberikan sejak dini.
**
Leptospirosis adalah penyakit serius yang sering muncul setelah banjir. Dengan menjaga kebersihan, menghindari kontak dengan air banjir, dan mengenali gejala sejak dini, Anda dapat melindungi diri dan keluarga dari ancaman penyakit ini.
Tetap waspada, terutama di musim hujan, dan selalu prioritaskan kesehatan dalam setiap aktivitas sehari-hari.