Ketika Sakit Kepala Tak Lagi Biasa

oleh Kristihandaribullet
Bagikan artikel ini
Ditinjau oleh dr. Sarah Josephine
Ketika Sakit Kepala Tak Lagi Biasa
Ketika Sakit Kepala Tak Lagi Biasa

Beberapa waktu lalu, publik dikejutkan oleh kabar duka dari keluarga Najwa Shihab. Suaminya, Ibrahim Sjarief Assegaf, meninggal dunia akibat stroke hemoragik. Sebelum dilarikan ke rumah sakit, ia sempat mengeluhkan sakit kepala yang sangat hebat dan datang tiba-tiba.

Sebagian orang sering menganggap remeh sakit kepal. Mungkin hanya karena kurang tidur, stres, atau belum makan.


Namun kenyataannya, tidak semua sakit kepala bisa dipandang sepele. Ada kalanya rasa nyeri di kepala menjadi sinyal tubuh akan sesuatu yang jauh lebih serius.



Sakit kepala: lebih dari sekadar rasa nyeri


Sakit kepala, atau dalam istilah medis sefalgia, adalah sensasi nyeri yang bisa muncul di berbagai bagian kepala—dari dahi, belakang kepala, sampai tengkuk.


Hampir setiap orang pernah merasakannya, dari anak-anak hingga lansia. Kadang ringan dan cepat hilang, kadang berat dan mengganggu aktivitas.


Di balik keluhan umum ini, ada banyak kemungkinan penyebab. Salah satunya adalah menjadi pertanda dari gangguan kesehatan lain.



Jenis sakit kepala


Dalam dunia medis, sakit kepala dibagi menjadi dua jenis utama, yaitu primer dan sekunder.


Sakit kepala primer adalah jenis yang paling sering ditemui. Ia bukan gejala dari penyakit lain, melainkan muncul sendiri—meski tetap bisa dipicu oleh berbagai hal. Migrain, sakit kepala tegang (tension type headache), atau cluster headache termasuk di dalamnya.


Pemicunya pun beragam. Misalnya, menstruasi, minum alkohol, perubahan pola tidur, stres, melewatkan makan, kurang minum air putih. Bahkan batuk atau bersin bisa memicu jenis sakit kepala tertentu. 


Sementara itu, sakit kepala sekunder dapat menjadi gejala dari kondisi medis tertentu. Bisa karena dehidrasi, infeksi sinus, atau penggunaan obat yang berlebihan.


Namun, sakit kepala ini bisa juga menjadi alarm tubuh untuk masalah serius, seperti trauma otak, pendarahan di otak, atau tekanan darah yang melonjak tinggi.



Kapan harus waspada



Waspadai sakit kepala yang datang tiba-tiba tanpa sebab yang jelas.
Waspadai sakit kepala yang datang tiba-tiba tanpa sebab yang jelas.


Satu jenis sakit kepala sekunder yang perlu diwaspadai adalah thunderclap headache. Seperti namanya, sakit kepala ini ditandai dengan nyeri yang datang mendadak dan sangat hebat, seperti sambaran petir.


Dalam waktu kurang dari satu menit, rasa sakitnya bisa mencapai puncak. Meskipun tidak selalu berbahaya, jenis sakit kepala ini kerap menjadi tanda awal dari kondisi yang mengancam jiwa—seperti pendarahan otak atau pecahnya pembuluh darah di otak.


Sakit kepala yang datang mendadak, sangat hebat, dan berbeda dari biasanya patut dicurigai. Apalagi jika disertai gejala lain, seperti:


  • pandangan kabur atau ganda;
  • mual dan muntah terus-menerus;
  • leher terasa kaku;
  • sulit berjalan, pusing hebat;
  • kelemahan anggota gerak di satu sisi;
  • kelemahan sebagian otot wajah;
  • demam tanpa sebab jelas;
  • bingung, sulit berbicara, atau kesulitan berpikir jernih.

Jika Anda mengalami satu atau lebih dari gejala tersebut, segera cari bantuan medis. Jangan menunggu hingga rasa sakit reda dengan sendirinya. Karena dalam beberapa kasus, waktu menjadi faktor yang sangat menentukan.



Mengenali pola untuk cegah bahaya



Mengelola stres dengan relaksasi dapat membantu mencegah sakit kepala.
Mengelola stres dengan relaksasi dapat membantu mencegah sakit kepala.


Meski terdengar menakutkan, berbagai jenis sakit kepala sebenarnya bisa dicegah. Namun, seperti halnya penyebabnya yang beragam, cara pencegahannya pun tidak bisa disamaratakan. Kuncinya adalah mengenali jenis dan pola sakit kepala yang Anda alami.


Satu langkah sederhana tapi sangat efektif adalah mencatat pola sakit kepala. Kapan biasanya muncul? Berapa lama berlangsung? Gejala apa saja yang menyertai? Dan apa yang mungkin menjadi pemicunya—apakah karena kurang tidur, stres, makanan tertentu, atau aktivitas fisik yang berat?


Catatan ini akan membantu Anda memahami kebiasaan tubuh sendiri dan memberikan informasi penting bagi dokter untuk merancang penanganan yang tepat.


Jika sakit kepala sering datang kembali, jangan ragu untuk berdiskusi dengan dokter mengenai perawatan pencegahan.


Dalam banyak kasus, langkah-langkah pencegahan yang tepat bisa menurunkan frekuensi atau intensitas sakit kepala secara signifikan—bahkan mencegahnya sama sekali.


Beberapa perubahan gaya hidup yang terbukti membantu mencegah sakit kepala antara lain:


  • tidur cukup dan teratur;
  • makan dengan pola yang sehat dan tidak melewatkan waktu makan;
  • menjaga tubuh tetap terhidrasi;
  • berolahraga secara rutin dan cukup;
  • mengelola stres dengan cara yang sehat, seperti meditasi, relaksasi, atau aktivitas yang menyenangkan.

Mengenali dan mengelola faktor pemicu bukan hanya membantu mengurangi sakit kepala, melainkan juga meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan.


***


Sakit kepala mungkin terasa sepele bagi sebagian orang. Namun, kisah seperti yang dialami oleh almarhum Ibrahim Sjarief Assegaf mengingatkan kita bahwa ada kalanya sakit kepala adalah panggilan darurat dari tubuh.


Jangan abaikan sinyal yang diberikan tubuh. Dengarkan, catat, dan jika perlu—segera cari bantuan. Karena sakit kepala, ternyata bisa menjadi awal dari sesuatu yang jauh lebih besar.







ReferensiCleveland Clinic. Diakses pada 2025. Headache: What It Is, Types, Causes, Symptoms, and Treatment. Healthline. Diakses pada 2025. Types of Headaches. Mayo Clinic. Diakses pada 2025. Headaches: Treatment Depends on Your Diagnosis and Symptoms. Verywell Health. Diakses pada 2025. Headache: Signs, Symptoms, and Complications.